POJOKSATU.id, JAKARTA – Sekretaris Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM ( DJKI Kemenkumham ) Sucipto memimpin upacara pedang pora pernikahan alumni Akademi Militer, Abdi Robbani dengan Arteria Prasetyana di Solo, Minggu (3/7/2022).
Upacara pedang pora merupakan tradisi perayaan pernikahan yang biasanya dilakukan oleh prajurit militer.
Istilah pedang pora sendiri berasal dari kata ‘pedang pura’ atau gapura pedang.
Tradisi pedang pora dilaksanakan dengan cara mengiringi mempelai dengan hunusan pedang yang membentuk sebuah gapura oleh rekan-rekan atau adik angkatan.
Sepasang pengantin akan melewati gapura pedang tersebut untuk berjalan bersama menuju pelaminan.
“Upacara ini mempunyai makna yang besar dan sangat mendalam bagi kedua mempelai, ucap Sucipto yang menjadi inspektur upacara pedang pora.
BACA : 70 Eselon IV DJKI Kemenkumham Dirampingkan Jadi 8, Sucipto Bilang Begini
Menurut Sucipto, kedua mempelai telah melewati tiap-tiap tahapan dalam proses upacara pedang pora.
Setiap tahapan memiliki arti bahwa kedua mempelai nantinya akan menghadapi suka duka dalam upaya membentuk dan membina rumah tangga bahagia, kekal, abadi selamanya.
Dijelaskan Sucipto, pelaksanaan tradisi pedang pora merupakan simbol selamat datang bagi mempelai wanita di dalam keluarga besar jajaran Imigrasi Indonesia.
Tidak hanya itu, hal ini juga akan memberikan pengertian bagi mempelai wanita bahwa tugas, fungsi, dan tanggung jawab yang akan dihadapi oleh mempelai pria nantinya tidaklah mudah.
“Sehingga perlu adanya dukungan serta pengorbanan, baik lahir maupun batin yang besar dari mempelai wanita, katanya.
Sedangkan untuk mempelai pria, upacara pedang pora ini menunjukkan bahwa pada saat ini tidak hanya tugas dan tanggung jawab serta pengabdiannya terhadap bangsa dan negara yang dihadapi. Tapi juga tugas dan tanggung jawab sebagai suami dan kepala keluarga.
“Ia harus menjadi tauladan, menjadi contoh bagi seluruh anggota keluarganya nanti, jelasnya.
“Saya sangat yakin dan percaya bahwa kedua mempelai kelak akan membentuk dan membina keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah, sehingga dapat senantiasa selalu dalam lindungan Allah SWT, tandas Sucipto. (one/pojoksatu)