Sukidi: Polarisasi Ancam Keutuhan Nasional

  • 01 Juli 2022 17:02:35
  • Views: 12

RM.id  Rakyat Merdeka - Keprihatinan nasional tentang polarisasi masyarakat menjelang Pemilu 2024, menuntut kita untuk menjalin dan memperkuat kembali spirit dan ikatan persatuan sesama anak bangsa. Demikian diungkapkan Pemikir Kebinekaan, Sukidi, dalam Lecture Series 3 yang diselenggarakan Pusat Studi Kebangsaan Indonesia, Universitas Prasetiya Mulya, Selasa (28/6/2022).

Doktor dari Universitas Harvard, Amerika Serikat itu menambahkan, prasangka negatif yang merebak sehari-hari, menjadi faktor pendukung merenggangnya kohesi sosial dan pudarnya spirit kebinekaan di masyarakat.

Dalam Kuliah Umum bertajuk “Menegakkan Persatuan dalam Kebinekaan itu, Sukidi menegaskan pentingnya menegakkan spirit persatuan di tengah keterbelahan sosial dan polarisasi yang mengancam keutuhan nasional.

Apalagi, “Indonesia adalah milik semua, ujar Sukidi, menyitir Bung Karno, sehingga menuntut kita untuk berpartisipasi aktif mengisi perjalanan bangsa Indonesia ke depan, sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa.

Berita Terkait : Polarisasi Akan Menguat?

Kader Muhammadiyah itu menyampaikan fakta, di mana misalnya sebagian masyarakat masih menganggap etnis Tionghoa sebagai ancaman, sehingga sebagian dari mereka belum dapat berdiri setara dengan warga negara lainnya. “Begitu juga dengan penganut agama minoritas, yang sangat susah mendirikan gereja di Bekasi hingga membutuhkan waktu hampir 20 tahun, ungkap ujar Sukidi.

 

Ironisnya, warga Muhammadiyah yang organisasinya telah berdiri sebelum Republik Indonesia diproklamirkan pun mendapatkan halangan, ketika mendirikan masjid. “Bahkan perumahan untuk para pekerjanya pun dibakar, sehingga masjid susah untuk didirikan, tuturnya.

Sukidi menegaskan, agama seharusnya menjadi sumber belas kasih (compassion), bukan faktor yang dapat memecah belah. Iman yang benar selalu paralel dengan persatuan dan kecintaan kepada Tanah Air, karena Pancasila yang disepakati bersama telah selaras dengan nilai-nilai utama agama. “Ini harus terus digelorakan, agar semua agama, etnis, dan suku bersama-sama membangun Indonesia, tegasnya.

Bagi Sukidi, fakta-fakta menyesakkan hati di atas terjadi karena prasangka negatif yang diakibatkan terkikisnya spirit kesatuan, memudarnya sikap toleran, dan terkoyaknya kesadaran kebinekaan. Dalam situasi ini, sangat penting bagi masyarakat untuk merefleksikan kembali warisan para pendiri bangsa mengenai pentingnya menghargai perbedaan dan perlunya hidup secara berdampingan di tengah kebinekaan.

Berita Terkait : Sukidi: Polarisasi Harus Segera Dituntaskan!

Dengan spirit kebinekaan, setiap warga dituntut saling mengenal, berpartisipasi aktif, dan bergotong royong untuk menyelesaikan berbagai persoalan kebangsaan, terutama menghilangkan rasa curiga, menepis prasangka, dan sikap benci terhadap yang lain. “Keterlibatan setiap warga negara ini sangat penting dalam menegakkan kebinekaan, sekaligus juga, yang oleh Bung Karno disebut, untuk mengikis egoisme bernegara, pungkasnya.

Pada forum yang sama, Kepala Pusat Studi Kebangsaan Indonesia, Hassan Wirajuda, mengungkapkan bahwa kebinekaan bangsa Indonesia merupakan rahmat Tuhan yang telah ditegaskan dalam Konstitusi.

 

Hassan menambahkan, selain peradaban yang telah hidup dan berkembang di Nusantara, Indonesia sejak lama telah menjadi titik pertemuan berbagai peradaban, agama dan budaya dari India, China, Arab, dan Barat.“Fakta itu telah memperkaya Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa, karena semua peradaban itu hidup berdampingan secara damai, tegasnya.

Kesadaran akan kebinekaan ini terekam dengan begitu baik ketika para pendiri bangsa berunding untuk merumuskan dasar negara Indonesia. “Meski mayoritas warga beragama Islam, Menteri Luar Negeri periode 2001-2009 itu mengungkapkan, “justru yang paling gigih untuk menghapus tujuh kata adalah kelompok Islam, seperti diwalilkan oleh Ki Bagoes Hadikoesoemo dan Wachid Hasjim.

Berita Terkait : Dukcapil Beri Layanan Jemput Bola Warga Terdampak Perubahan Nama Jalan

Fakta itu menunjukkan komitmen luhur para pendiri bangsa yang lebih mengedepankan persatuan, konsensus bersama, dan penghargaan terhadap para pendiri bangsa dari kawasan Indonesia Timur yang berbeda latar belakang agama dan budaya.

Hassan mengungkapkan, keragaman suku, budaya, ras, dan agama di Indonesia dahulu tidak menjadi persoalan besar, karena kesadaran akan kebinekaan yang begitu tinggi dari para pendiri bangsa sehingga membuat semua elemen bangsa hendak bersatu.

“Kita dipersatukan oleh tumpah darah Indonesia, kata Hassan, mengutip perkataan Ki Bagoes Hadikoesoemo yang disitir Bung Karno dalam pidatonya pada 1 Juni. “Persatuan antara orang dan tempat, tuan-tuan sekalian, persatuan antara manusia dan tempatnya! Karena itu, kesamaan latar belakang sejarah dan tempat kita dilahirkan menjadi alasan kuat bagi masyarakat Indonesia untuk bersatu.

Itulah spirit dan warisan para pendiri bangsa yang mesti diingat kembali dan dikembangkan. Kebinekaan yang menjadi fakta bangsa Indonesia harus diikat oleh semangat persatuan. Sehingga kebinekaan tidak berakhir pada keterbelahan yang berujung kepada merebaknya kebencian terhadap satuu sama lain. [RSM]


https://rm.id/baca-berita/nasional/130788/sukidi-polarisasi-ancam-keutuhan-nasional
 

Sumber: https://rm.id/baca-berita/nasional/130788/sukidi-polarisasi-ancam-keutuhan-nasional
Tokoh

Graph

Extracted

organizations Muhammadiyah,
institutions Universitas Prasetiya Mulya,
religions Islam,
topics Pemilu 2024,
products Pancasila,
nations Amerika Serikat, India, Indonesia, Republik Rakyat Cina,
places JAWA BARAT,
cities Bekasi,