MerahPutih.com - Akun Twitter For Our Rights (@LevanaLomma1) mengunggah cuitan berupa gambar yang di dalamnya terdapat klaim bahwa efektivitas vaksin Prizer bukan 95 persen, namun hanya sebesar 12 persen yang bertahan selama 1 minggu dan kemudian turun ke angka kurang dari 1 persen.
Data itu diklaimnya berdasarkan dokumen baru sebanyak 80 ribu halaman yang diterbitkan Pfizer. Cuitan yang diunggah pada 19 Juni 2022 mendapat atensi berupa 2 ribu suka dan 596 retweet.
Baca Juga:
FAKTA
Berdasarkan hasil penelusuran Mafindo, artikel COVID-19 Data Sciene berjudul “Do the recent 80k pages of Pfizer documents released really show vaccine efficacy was only 12%? yang ditulis oleh Jeffrey Morris mengungkapkan bahwa klaim efektivitas vaksin Pfizer hanya sebesar 12% didasari oleh investigasi Sonia Elijah di Substack pada 4 April 2022.
Namun, investigasi tersebut menyesatkan tanpa pengujian ilmiah dan hanya didasari dari interpretasi dokumen lama bulan Desember 2020.
Mengutip dari Full Fact, uji klinis awal pada April 2021 menunjukkan bahwa kemanjuran vaksin Pfizer adalah 95% di antara peserta uji coba yang sebelumnya tidak dites positif COVID-19, dan 94,6% untuk mereka yang sudah dan belum dites positif sebelum 7 hari setelah menerima dosis kedua mereka.
Baca Juga:
[HOAKS atau FAKTA]: Motor Baru Beli dari Dealer Langsung Ditilang Polisi
Namun, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) menunjukkan bahwa vaksin Pfizer kurang efektif dalam mencegah penyakit bergejala dengan varian Omicron dibandingkan dengan virus SARS-CoV-2 asli, dengan perlindungan yang berkurang seiring waktu.
Laporan dari UKHSA pada 12 Mei 2022 tentang efektivitas vaksin dalam melawan penyakit simptomatik menyatakan sebagai berikut:
“Dengan 2 dosis, efektivitas Pfizer atau Moderna turun dari sekitar 65 sampai 70% menjadi sekitar 15% pada 25 minggu setelah dosis kedua. Dua hingga 4 minggu setelah dosis booster vaksin Pfizer atau Moderna, efektivitas berkisar antara 60 hingga 75%, turun hingga hampir tidak berpengaruh lebih dari 20 minggu setelah booster.
KESIMPULAN
Dengan demikian, cuitan akun Twitter For Our Rights (@LevanaLomma1) dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan. (Knu)
Baca Juga:
[HOAKS atau FAKTA]: Kekebalan Alami Tubuh Lebih Ampuh dari Vaksin COVID-19