HEADLINE: Manuver Pembentukan Poros Baru, Gerindra dan NasDem Jadi Sentral?

  • 29 Juni 2022 00:48:37
  • Views: 18

Liputan6.com, Jakarta Usai memunculkan tiga nama yang salah satunya akan dipilih sebagai calon presiden (capres) 2024 dalam rapat kerja nasional (rakernas), Nasdem laris manis disambangi sejumlah partai lain.

Ada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Demokrat. Semuanya lugas membicarakan kemungkinan untuk saling berkoalisi di Pilpres 2024.

Setali tiga uang, Gerindra pun seakan tak mau kalah. Partai pimpinan Prabowo Subianto ini juga menjadi sasaran partai lain untuk bersilahturahmi dan membicarakan kemungkinan menjalin kerja sama.

Bahkan, saat Gerindra disantroni oleh PKB, keduanya sepakat untuk berjabat tangan meski belum ada label resmi. Sedikit berbeda saat didatangi oleh Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY, Prabowo hanya mengatakan ada kemungkinan pertemuan lanjutan dengan putra dari Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY itu.

Peneliti lembaga survei Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menilai apa yang tampak di ruang publik ini, sebenarnya menandakan semua partai masih cair alias saling memberi ruang, sekalipun NasDem dan Gerindra.

Menurut dia, kepastian partai-partai untuk secara resmi bersepakat bekerja sama politik dalam Pilpres 2024 yaitu mendekati November 2023. Diketahui, dalam tahapan Pemilu 2024 yang telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum atau KPU, pendaftaran nama bakal calon presiden dan wakil presiden dilakukan pada 19 Oktober-25 November 2023.

Karena itu, apa yang terjadi sekarang di panggung politik nasional masih menjajaki sifatnya. Memang mungkin ada terlihat sudah mantap kemudian kalau kita lihat juga masih abu-abu juga, kata Bawono kepada Liputan6.com, Selasa (28/6/2022).

Dia pun mencontohkan, bagaimana Ketua Umum Demokrat AHY harus bolak-balik ke NasDem, namun masih juga menyambangi Gerindra. Artinya ada komunikasi yang belum beres ketika melakukan penjajakan dengan NasDem sehingga harus menjalin komunikasi dengan Gerindra, tutur Bawono.

Dia melihat, pergerakan yang dilakukan Demokrat dan PKS adalah wajar, mengingat kedua partai itu bergabung belum cukup untuk mengusung pasangan capres dan cawapres. Hal ini lah yang membuat NasDem terkesan sebagai partai yang paling masuk akal untuk diajak berkerja sama di Pilpres 2024.

Bawono juga melihat, ada kepiawaian dari Surya Paloh dengan memunculkan tiga nama seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa sebagai bakal capres. Sehingga, bisa disebut NasDem bisa saja menjadi kunci utama dalam membentuk poros baru.

Memang NasDem ini dengan bermodalkan suara yang lumayan dan kepiawaian ketumnya, ini bisa dibilang menjadi salah satu game changer dari jumlah pasangan calon terbentuk nanti, yang muncul nanti. Siapa yang diusung, bahkan poros-poros yang terbentuk, ungkap dia.

Karena itu, lanjut Bawono, berbeda dengan Gerindra yang masih saja berusaha memunculkan nama Prabowo sebagai capres 2024. Menurutnya, tak ada pilihan menawarkan pria yang kini duduk sebagai Menteri Pertahanan untuk menjaga suara Gerindra tetap berada di tiga besar seperti Pemilu 2014 dan 2019.

Meski demikian, ada keinginan dari Gerindra untuk bisa menang jika Prabowo kembali turun bertarung di medan Pilpres 2024. Karena itu, fokus partai tersebut adalah mencari bukan hanya partai tapi pasangan yang bisa membawa peluang kemenangan tinggi jika berduet dengannya.

Gerindra dan Prabowo pasti dalam rangka window shopping (cuci mata) melihat cawapres yang bisa memberikan kontribusi elektoral yang memadai bagi Pak Prabowo, beber Bawono.

Memang selama ini banyak desas-desus dengan Puan Maharani (Ketua DPP PDIP) tapi saya melihat tampak Pak Prabowo dan Gerindra itu agak ragu juga kalau dengan Ibu Puan bisa berkontribusi dengan signifikan. Lalu ada pertemuan dengan PKB yang diharapkan mungkin apabila berkoalisi, suara Nahdiyin atau NU bisa mendukung Pak Prabowo, sambungnya.

Karena itu, Bawono melihat bahwa baik Gerindra maupun NasDem kecil kemungkinan untuk saling bersama, karena tidak akan saling menguntungkan. Keduanya diprediksi menjadi bagian penentu dari terbentuknya poros baru.

Pasalnya, jika Prabowo yang diusung Gerindra, tentu NasDem tak diuntungkan karena dari sederetan calonnya tak ada yang menjadi kader partai, yang bisa membawa efek ekor jas atau coat tail effect bagi NasDem.

Karena itu, mereka akan fokus mendatangkan sosok yang bisa membawa kontribusi elektoral bagi NasDem.

Sehingga, poros baru ini terbentuk tergantung calon yang diusung kedua partai, apakah bisa diterima oleh parpol lain atau tidak, dan yang paling penting menguntungkan bagi para pengusungnya.

Penghalangnya siapa yang dicalonkan (oleh kedua partai), jelas Bawono.

 

Belum Saling Mengunci

Setali tiga uang, Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin melihat episode-episode yang dimainkan sejumlah partai politik termasuk NasDem dan Gerindra belum saling mengunci atau masih cair.

Meski demikian, dia menyebut, baik NasDem dan Gerindra tentu berpeluang untuk memunculkan poros baru. Hal ini didasari dari calon yang diusung masing-masing parpol berbeda, bahkan terlihat jelas tak ada nama Prabowo dalam hasil Rakernas NasDem.

Jadi secara kalkulasi politis dan matematisnya tidak masuk. Kecuali salah satunya ada yang ingin menjadi cawapres. Jadi saya melihat kelihatannya mereka akan membangun koalisi atau poros masing-masing. Tapi semua masih dinamis, peta koalisi masih cair, masih terus berkembang, kata Ujang kepada Liputan6.com, Selasa (28/6/2022).

Karena itu, jika keinginan mereka benar adanya membuat poros baru, alhasil bisa menghasilkan tiga atau maksimal empat pasangan calon presiden dan wakil presiden di Pemilu 2024. Misalkan gini, KIB sendiri, PDIP sendiri, Gerindra dan PKB, keempat Nasdem-PKS-Demokrat, tuturnya.

Pasalnya, nama capres NasDem sudah muncul di Rakernas, sehingga tak mungkin partai tersebut memungkiri hasil musyawarahnya sendiri.

Saya melihat NasDem kemungkinan dengan PKS dan Demokrat. Gerindra kelihatannya dengan Cak Imin, kan PKB-nya ngebet, tukas Ujang.

 

Sejumlah partai politik mulai bermanuver menjelang Pemilu 2024. Golkar, PAN, dan PPP membentuk koalisi yang dinamai Koalisi Indonesia Bersatu. Sementara Partai Nasdem terus jalin komunikasi dengan parpol lain dan tokoh-tokoh kandidat capres.


https://www.liputan6.com/news/read/4997868/headline-manuver-pembentukan-poros-baru-gerindra-dan-nasdem-jadi-sentral

Sumber: https://www.liputan6.com/news/read/4997868/headline-manuver-pembentukan-poros-baru-gerindra-dan-nasdem-jadi-sentral
Tokoh





















Graph