Zat Pewarna Makanan yang Berefek Buruk dan yang Tidak

  • 13 Juni 2022 16:04:19
  • Views: 11

TEMPO.CO, Jakarta - Zat pewarna  telah ditambahkan ke makanan sejak berabad-abad silam. Namun, pewarna makanan buatan diketahui pertama kali dibuat pada 1856 dari tar batubara. Ada kontroversi dari zat pewarna makanan yang konsumsinya meningkat 500 persen dalam 50 tahun terakhir, yakni menyebabkan kanker. 

Sebelum mengulas kebenaran klaim itu, perlu untuk mengetahui secara mendalam soal pewarna makanan. Secara fungsi, pewarna makanan yang terbuat dari zat kimia, dikembangkan guna meningkatkan tampilan makanan.

Healthline menulis, ada begitu banyak pewarna makanan yang dikembangkan, tetapi sebagian besar beracun. Hanya ada sedikit pewarna buatan yang masih digunakan dalam makanan. Walau begitu, semua yang digunakan telah melalui uji toksik pada hewan. 

Ada banyak perbedaan kebijakan mengenai pewarna makanan. Dilarang di sebuah negara, pewarna makanan yang sama bisa diizinkan di negara lainnya.

Food and Drug Administration (FDA) dan European Food Safety Authority (EFSA) menyimpulkan bahwa pewarna tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan yang signifikan. Di Amerika Serikat pewarna Allura Red, Tartrazine, dan Sunset Yellow mendominasi 90 persen dari semua pewarna makanan yang digunakan karena tidak menemukan bukti penyebab kanker. Namun beberapa pewarna mungkin mengandung kontaminan penyebab kanker, walau dalam uji toksisitas sebagian besar pewarna makanan tidak menyebabkan efek buruk. 

Bahan Fast Green disetujui oleh FDA tetapi dilarang di Eropa. Sedangkan Quinoline Yellow, Carmoisine, dan Ponceau 
mendapat izin penggunaan di Uni Eropa namun dilarang di AS. 

Berikut beberapa zat pewarna buatan dan hasil penelitian atas zat itu:  

  • Benzidine, 4-aminobiphenyl, dan 4-aminoazobenzene adalah karsinogen potensial yang telah ditemukan dalam pewarna makanan. Kontaminan ini diperbolehkan dalam pewarna karena hadir dalam tingkat rendah, masih dianggap aman. 
  • Indigo Carmine yang dilakukan studi pada hewan, menemukan peningkatan signifikan pada tumor otak di kelompok dosis tinggi. Dibandingkan, dengan kelompok dosis kontrol. Namun, para peneliti menyimpulkan tidak ada cukup bukti yang menemukan apakah jenis pewarna buatan ini menyebabkan tumor. 
  • Erythrosine, menjadi pewarna paling kontroversial. Penelitian terhadap tikus jantan yang diberi eritrosin mengalami peningkatan risiko tumor tiroid. FDA mengeluarkan larangan parsial pada eritrosin pada 1990, tetapi dicabut kembali setelah meninjau penelitian.

    Kesimpulannya, tumor tiroid tidak secara langsung disebabkan oleh pewarna jenis ini. Hingga saat itu tak ada bukti yang meyakinkan bahwa pewarna makanan buatan menyebabkan kanker. Meski perlu diperhatikan, bahwa sebagian besar penelitian dilakukan berdekade silam. 

Baca juga: 10 Bahan Pangan di Pasar Anyar Tangerang Mengandung Zat Berbahaya

RAHMAT AMIN SIREGAR


https://tekno.tempo.co/read/1601400/zat-pewarna-makanan-yang-berefek-buruk-dan-yang-tidak

Sumber: https://tekno.tempo.co/read/1601400/zat-pewarna-makanan-yang-berefek-buruk-dan-yang-tidak
Tokoh

Graph

Extracted

companies ADA,
products batubara,
nations Amerika Serikat, Uni Eropa,
places BANTEN, DKI Jakarta,
cities Tangerang,