PIKIRAN RAKYAT - Teknologi telepon seluler membawa kita lebih dekat satu sama lain sehingga jarak tak lagi menjadi batasan untuk terus berkomunikasi. Namun, seiring dengan kemudahan berkomunikasi melalui telepon seluler, risiko penipuan lewat panggilan dan pesan singkat (SMS) terus menghantui para pengguna smartphone. 

Meskipun panggilan yang tidak diinginkan bukanlah hal baru, intensitas panggilan telepon spam dan scam yang terus meningkat justru mereduksi produktivitas jutaan masyarakat Indonesia setiap hari. Banyak penipu yang mengaku bekerja untuk institusi pemerintah, lembaga finansial, atau asuransi Kesehatan yang berujung pada pencurian data pribadi, scam, dan spam.

Di sisi lain, banyak telepon dari nomor tidak dikenal, padahal panggilan penting juga turut diabaikan karena dikhawatirkan spam dan scam.

Berdasarkan laporan tahun Global Spam Report 2021 edisi kelima yang dirilis Truecaller, platform global ternama untuk memverifikasi nomor telepon dan memblokir komunikasi tidak diinginkan, menyebutkan bahwa Indonesia kembali menempati posisi enam teratas dengan peningkatan jumlah spam yang signifikan.

Di Indonesia, penipu mengincar target dengan cara yang sangat ilmiah dan tepat sasaran, bahkan dapat menggali detail informasi latar belakang dan catatan keuangan korbannya. Masalah ini diperparah dengan masih sangat sedikit masyarakat Indonesia yang menyadari tindakan penipuan ini - hanya 1% dari seluruh panggilan yang diblokir ditandai sebagai penipuan, sementara angka ancaman scam terus tumbuh subur.

Baca Juga: Rusia Hancurkan Jembatan untuk Evakuasi Warga Sipil Ukraina

Data tersebut menunjukkan bahwa total panggilan spam di Indonesia mencapai hampir 12,6 juta pada Januari 2021, lalu meningkat menjadi lebih dari 25 juta pada Oktober 2021. Jika dirata-ratakan, orang Indonesia menerima 14 panggilan spam setiap bulan.

Sebuah agensi keamanan siber SOCRadar meluncurkan laporan lanskap ancaman siber di Indonesia, terdapat database dari jutaan orang Indonesia dijual bebas di situs gelap mengandung informasi sensitif seperti nama, nomor telepon, tanggal lahir, nomor KTP, hingga gaji bulanan. Dalam hal kategori spam, sebagian besar spam call berasal dari layanan keuangan, sedangkan berada di posisi kedua adalah spam yang berasal dari sales mencapai 19%.

Alan Mamedi, CEO dan Co-Founder Truecaller mengatakan, data menunjukkan bahwa orang Indonesia menjadi target penipuan dengan semakin tingginya tingkat teror komunikasi tidak diinginkan, menyebabkan jutaan pengguna smartphone di Indonesia berisiko menjadi korban penipuan.

Truecaller menyediakan teknologi dan keahlian yang tepat guna membantu melindungi masyarakat di Indonesia dari ancaman yang terus mengganggu ini.