Kisah Peter the Great, Kaisar Pembaharu dari Rusia

  • 13 Juni 2022 08:30:06
  • Views: 11

Jakarta, IDN Times - Ketika negara-negara Eropa dilanda Renaisans dan Reformasi, Rusia masih menolak modernisasi dan tetap terisolasi. Secara budaya, Rusia kalah makmur dibandingkan negara-negara Eropa.

Tapi, ketika Peter yang Agung berkuasa di Kerajaan Rusia pada abad ke-17, dia melakukan reformasi secara besar-besaran, memperkuat militernya sesuai standar Barat, dan memperluas wilayah Rusia hingga menjadi kekaisaran raksasa.

Berbagai perang yang terjadi di era Peter, Rusia berhasil memperoleh wilayah kekuasaan Estonia, Latvia, dan Finlandia. Dia juga melawan Turki Ustmani di selatan yang membuat Rusia memiliki akses ke Laut Hitam serta mengalahkan tentara Swedia di utara.

Sampai saat ini nama Peter yang Agung tetap dijunjung tinggi di Rusia.

Bahkan, menurut Al Jazeera, baru-baru ini Presiden Rusia Vladimir Putin juga berupaya menyamakan dirinya dengan Kaisar Peter, sebagai pembenaran atas invasi pasukannya ke Ukraina, untuk mengambil teritori yang diklaimnya.

Berikut ini adalah profil Peter yang Agung atau Peter the Great.

1. Tumbuh besar di tengah perebutan takhta

Kisahilustrasi (Unsplash.com/Ludmila Kuznetsova)

Dilahirkan sebagai Pyotr Alekseyevich Romanov pada 9 Juni 1672 di Moskow, Peter yang Agung adalah putra ke-14 dari Tsar Alexis. Dia lahir dari istri kedua yang bernama Natalya Kirillovna Naryshkina.

Menurut Totally History, Alexis meninggal ketika Peter baru berusia empat tahun. Takhta Kerajaan Rusia diberikan kepada Fyodor III, kakak tiri Peter. Tapi kekuasaan itu hanya bertahan selama enam tahun karena Fyodor sakit-sakitan dan meninggal.

Perselisihan mulai terjadi karena Fyodor tidak memiliki pewaris. Ivan I, kakak tiri Peter yang lainnya, dipilih untuk meneruskan takhta itu. Tapi karena dia sakit kronis dan dinilai tidak sehat secara mental, akhirnya Ivan I dilewatkan dari kesempatan menjadi penguasa.

Peter kemudian diajukan untuk menjadi Tsar meski baru berusia 10 tahun. Saudara perempuan Ivan, Sofia Alekseyevna, tidak puas dengan pengaturan itu.

Dikutip dari Saint Petersburg, keluarga Ivan melakukan pemberontakan dengan dukungan pasukan elit Pengawal Streltsy. Dalam konflik itu, banyak teman dan keluarga Peter yang terbunuh, termasuk dua pamannya.

2. Menjadi penguasa tunggal Rusia

Kisahilustrasi Rusia (Pexels.com/Happy Donut)

Ivan V dan Peter akhirnya dianugerahi takhta untuk menjadi penguasa bersama. Hal itu terjadi atas desakan Sofia Alekseyevna, yang secara teknis menjadi penasihat keduanya sekaligus menjadi penguasa di balik layar. Jadi kekuasaan Ivan V dan Peter hanya sebatas formalitas belaka.

Dilansir New World Encyclopedia, Peter yang baru akan beranjak remaja, tidak terlalu peduli dengan orang yang memerintah atas namanya. Dia belum terlihat tertarik pada kekuasaan.

Peter kemudian tumbuh dengan pengalaman seperti pembuatan kapal, berlayar, dan latihan militer dengan pasukan tiruan. Kapal-kapal yang dia buat juga digunakan selama pertempuran tiruan.

Pada usia 17 tahun, Peter dijodohkan dengan Eudoxia Lopukhina oleh ibunya. Di usia remaja ini pula Peter berusaha menggulingkan Sofia Alekseyevna. Sofia yang mengetahui hal itu, berusaha berkomplot lagi dengan para pemimpin pasukan elit Streltsy. Tapi faksi tersebut justu melawan Sofia. Akhirnya, Sofia terusir dan dipaksa untuk menjadi biarawati.

Peter dan Ivan V terus bertindak sebagai penguasa Rusia bersama. Tapi kekuasaan dan kendali Rusia kali ini dipegang oleh Nataliya Naryshkina, ibunda Peter. Ketika sang ibu meninggal pada 1694 dan Ivan V juga menyusul pada 1696, Peter akhirnya menjadi penguasa tunggal yang memimpin Rusia.

Baca Juga: Profil Otto von Bismarck, Lelaki Ateis yang Menyatukan Jerman 

3. Reformasi besar-besaran di segala lini kehidupan

KisahPeter yang Agung dalam Pertempuran Poltava (Wikipedia.org/Serge Lachinov)

Sebagai penguasa tunggal Rusia, Peter menyadari bahwa kerajaannya tertinggal jika dibandingkan dengan tetangga-tetangga Eropa. Dia kemudian melakukan reformasi besar-besaran di segala lini kehidupan.

Peter mengundang para ahli Eropa di berbagai bidang seperti pembuatan kapal, teknik arsitektur, dan bisnis perdagangan untuk datang ke Rusia. Dijelaskan The Famous People, Peter juga mendorong orang Rusia belajar ke berbagai negara Eropa.

Akibat reformasi tersebut, terjadi industrialisasi dan lonjakan jumlah pabrik yang dibangun. Perdagangan berkembang pesat dan Rusia mengadopsi teknologi Eropa yang terbaru pada masanya.

Tsar Peter juga mereformasi militer dan menjadikannya selaras dengan standar negara-negara Eropa. Dia memperkuat pasukan maritimnya, bermaksud untuk mempermudah perdagangan dengan negara lain.

Menurut Biography, reformasi Peter memunculkan perbaikan alfabet Rusia, penerbitan surat kabar pertama Rusia, serta menghapus gaya pemerintahan Rusia yang kuno. Bahkan, reformasi tersebut juga berdampak pada agama Ortodoks, yang nantinya akan memicu pemberontakan.

4. Merebut Laut Azov dan mendirikan pangkalan angkatan laut pertama

Kisahilustrasi (Unsplash.com/Will B)

Salah satu ambisi Peter adalah membangun kekuatan maritim yang tangguh. Ada tiga laut utama yang bisa dijadikan sebagai pangkalan, yakni Laut Putih, Laut Baltik dan Laut Hitam.

Dari tiga ini, Laut Putih adalah yang paling bebas, sedangkan Laut Baltik dikuasai Swedia dan Laut Hitam dikuasai oleh Turki Ustmani. Di Laut Hitam, ada etnis Tatar Krimea bawahan Turki Ustmani yang disebut kerap melancarkan serangan ke wilayah Rusia, mencuri ternak, dan menculik penduduk untuk dijadikan budak.

Dengan armada yang baru dibentuk setelah serangan yang gagal, Peter meluncurkan serangan ke benteng Laut Azov yang menjadi bagian dari Laut Hitam. Menurut Encyclopedia, serangan bertubi-tubi dilakukan sejak 1680-an. Pada 1696, Peter berhasil menguasai Azov.

Pada 12 September 1698, Peter yang Agung secara resmi mendirikan pangkalan Angkatan Laut Rusia yang pertama, di Taganrog, ujung timur Laut Azov.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Pada 1700, Peter melakukan perjanjian damai dengan Turki Utsmani dan Rusia diizinkan mempertahankan Azov serta pembebasan pembayaran upeti wilayah itu kepada Khan Tatar Krimea.

5. Berperang melawan Swedia

Kisahpatung Peter the Great atau Peter yang Agung (Pixabay.com/juliacasado1)

Berhasil menyepakati perdamaian dengan raksasa Turki Ustmani di selatan, Peter menoleh ke utara untuk mengambil kembali beberapa wilayah yang diduki oleh Swedia. Pada abad ke-17, Swedia adalah kekuatan dominan di Eropa utara.

Peter membangun armada di Laut Baltik dan berusaha untuk menguasai jalur tersebut. Fase awal perang melawan Swedia dimulai pada 1700.

Dikutip dari Encyclopedia, upaya merebut pelabuhan Narva di Estonia oleh pasukan Peter menemui kegagalan signifikan. Dia dikalahkan oleh pasukan Raja Charles XII dari Swedia.

Charles kemudian mencoba mencari aliansi dengan pemimpin Cossack Ukraina, berupaya menggulingkan Peter dan menggantinya dengan bangsawan Rusia yang patuh. Tapi upaya itu tidak berhasil.

Memasuki 1708, pasukan Peter dapat mengalahkan pasukan Swedia di Lesnaya. Lalu pada 1709, terjadi pertempuran besar yang disebut Pertempuran Poltava, sebuah daerah yang saat ini berada di antara kota Kharkiv dan Kiev, Ukraina.

Pasukan Charles dihancurkan oleh pasukan Peter. Pasukan Charles yang terdorong ke Sungai Dnieper gagal menyebrang karena jumlah perahu yang sedikit. Pada akhirnya, hanya Raja Charles, staf, dan beberapa pengawal yang lolos dan melarikan diri ke wilayah Turki Utsmani.

Kekalahan Charles di Poltava berarti kesuksesan Peter menguasai tenggara Finlandia dan provinsi Baltik. Perang kemudian berlanjut, di mana Rusia terus memberikan tekanan pada Swedia.

Pada 1713, Peter mampu menguasai seluruh Finlandia. Charles yang menolak mengakui kekalahan, mencoba melawan pasukan Rusia. Bersekutu dengan Denmark, Peter menyerang Swedia pada 1721, memaksa kerajaan tersebut untuk menyepakati perjanjian Nystad untuk mengakhiri perang.

Dampak dari perjanjian tersebut adalah Rusia menguasai Finlandia tenggara, Ingria, Estonia dan Livonia (kini Estonia dan Latvia).

Baca Juga: Kisah Kekejaman Raja Leopold II Belgia ketika Menjajah RD Kongo

6. Mendirikan kota Saint Petersburg yang megah

Kisahilustrasi (Unsplash.com/Achraf Nekker)

Peter yang Agung adalah orang yang mendirikan kota Saint Petersburg, salah satu kota tersohor Rusia yang terkenal ke seantero dunia sampai saat ini. Pendirian kota itu dimulai pada 1703 dengan bangunan pondok kayu yang sederhana, ketika berhasil merebut wilayah tersebut dari Swedia.

Dijelaskan dalam laman Express to Russia, pembangunan wilayah itu terus dilakukan demi ambisi menjadi kota besar kosmopolitan. Tentara, tawanan perang, dan petani dikerahkan dalam jadwal kerja yang padat di lahan penuh rawa.

Saint Petersburg dibangun berdasarkan kiblat kota Amsterdam, Belanda. Andreas Schluter dari Jerman dan Domenico Trezzini dari Italia termasuk arsitek asing yang berperan membangun tata kota, kutip The Guardian.

Ribuan orang tewas dalam proses pembangunan kota tersebut. Tapi demi ambisi Peter yang berjanji membuat 'Jendela ke Barat', pada 1712 Peter memindahkan ibu kota Moskow ke Saint Petersburg dan orang-orang banyak yang berdatangan ke kota itu.

Kota ini menjadi benteng utama dari ancaman Swedia, juga, sekaligus sebagai pintu gerbang yang lebih dekat ke Eropa barat lewat jalur Laut Baltik. Kota berkembang menjadi daerah kosmopolitan dan bahkan pernah menjadi kota terbesar ketiga di Eropa.

7. Menyiksa anak kandung sampai meninggal

KisahAlexei dan Peter yang Agung (Saint-Petersburg.com/Nikolay Ge)

Peter yang Agung meninggal pada 28 Januari 1725 karena masalah kandung kemih. Dia gagal menunjuk pewarisnya, yang akhirnya memicu perebutan takhta kerajaan, persis seperti awal ketika Peter naik takhta.

Kehidupan Peter terus menjadi kisah yang dibicarakan dan dianggap sebagai sosok yang agung di Rusia. Tapi dari banyak kisah hidupnya, salah satu yang hal yang membuat mengernyitkan dahi adalah menyiksa anak kandungnya sampai meninggal.

Pernikahan Peter dengan Eudoxia Lopukhina menghasilkan tiga anak, dengan anak sulung bernama Alexei. Pernikahan itu sendiri tidak bertahan dengan baik dan Eudoxia diceraikan.

Adapun Alexei berakhir tragis karena tuduhan pemberontakan. Pada 1715, Alexei yang ditugaskan di divisi logistik tentara dianggap tidak cakap dan diancam namanya akan dicabut dari daftar pewaris.

Lebih mengejutkan, Alexei justru mengatakan pada ayahnya agar mewariskan takhta kepada orang lain yang layak, sebab ia merasa dirinya tidak sanggup.

Peter kemudian khawatir bahwa lawan-lawan politiknya akan berkumpul di sekitar Alexei dan melakukan perlawanan.

Menurut History, Peter mengutarakan harapannya agar Alexei berjuang untuk mendapatkan posisinya atau memilih menjadi biarawan. Alexei setuju untuk lebih memilih masuk ke biara. Tapi pada akhirnya, Alexei melarikan diri bersama budak selingkuhannya ke Eropa dan bersembunyi di Austria.

Usai keberadaannya dilacak, Peter meminta Alexei pulang dan berjanji tidak akan dihukum. Pada 1718, Alexei akhirnya pulang ke Rusia dan berlutut di hadapan Peter yang Agung untuk minta maaf.

Semua rekan-rekan Alexei yang membantu melarikan diri, dihukum, disiksa dan beberapa dieksekusi. Alexei dibuang ke daerah terpencil, mencoba melawan Peter dan akhirnya dipenjara.

Pada Juli 1718, Alexei meninggal karena luka-luka akibat penyiksaan yang menimpa dirinya. Dalam salah satu kesaksiannya, Alexei disebut mencoba berkomplot untuk melawan sang ayah, tetapi upaya itu tidak pernah berhasil.

Menurut Jonathan Daly, seorang profesor sejarah Rusia di University of Illinois di Chicago, banyak kisah eksekusi di lingkungan kerajaan Eropa di masa lalu.

Tapi sejauh yang saya tahu, tidak ada raja Eropa lain yang mengawasi penyiksaan anak-anak mereka sendiri, katanya, mengomentari episode hidup Peter dan menghukum anaknya.

Baca Juga: 5 Fakta Putri Vladimir Putin yang Dijatuhi Sanksi oleh Barat

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.


https://www.idntimes.com/news/world/pri-145/kisah-peter-the-great-kaisar-pembaharu-dari-rusia-exp-c1c2

Sumber: https://www.idntimes.com/news/world/pri-145/kisah-peter-the-great-kaisar-pembaharu-dari-rusia-exp-c1c2
Tokoh



Graph

Extracted

persons Vladimir Putin,
companies ADA, Guardian, The Guardian,
organizations Persis,
fasums Laut Baltik,
nations Austria, Belanda, Belgia, Denmark, Estonia, Finlandia, Italia, Jerman, Latvia, Rusia, Swedia, Turki, Ukraina,
places DKI Jakarta,
cities Amsterdam, Moskow,