Rumah HOS Tjokroaminoto di Surabaya, Dapur Nasionalisme Bung Karno

  • 12 Juni 2022 18:10:11
  • Views: 5

Surabaya: Kisah perjalanan sosok Soekarno atau yang akrab disapa Bung Karno bukan sekadar soal kegigihan perjuangan hidup dan romantisme semata. Ada kisah semangat nasionalisme yang tinggi di dalam jiwanya.
 
Semangat berapi-api Soekarno muda dalam memperjuangkan bangsa Indonesia itu diungkap dalam Sarasehan Kebangsaan Memperingati Hari Lahir Bung Karno yang bertajuk 'Warisi Apinya, Jangan Abunya' di gedung Merah Putih, Balai Pemuda Surabaya, Sabtu, 11 Juni 2022.
 
Dalam sarasehan, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Purnawan Basundoro menjelaskan secara rinci bagaimana Soekarno melawan ketidakadilan yang terjadi di nusantara selama zaman pendudukan Belanda. Sikap dan semangat juang tinggi Soekarno itu dilatarbelakangi oleh sosok Tjokroaminoto dan kota kelahirannya Surabaya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Menurut Purnawan, selama tahun 1916 hingga 1921 itu adalah masa keemasan Soekarno, karena pada saat itu jiwa dan kepribadian Soekarno diasah di Kota Surabaya. Di awal abad ke 20, selama Soekarno tinggal bersama di indekos HOS Tjokroaminoto di Surabaya yang dianggap sebagai dapur dari nasionalisme. 
 
“Artinya, di Surabaya itulah, pemikiran mengenai nasionalisme Sukarno terbentuk, semangat juang melawan pendudukan Belanda di Surabaya, katanya. 
 
Hal tersebut terbukti ketika di awal abad 20-an, Kota Surabaya menjadi salah satu wilayah industri besar di nusantara. Kala itu kawasan industri terbesar di Surabaya berada di Jalan Dapuan dan Jalan Gatotan. Kemudian di tahun 1916, pada saat Soekarno datang kembali ke Kota Pahlawan, kawasan industri di Ngagel mulai dibangun. 
 
Baca: Jembatan Paneleh Saksi Bisu Cinta Pertama Bung Karno kepada Utari Putri HOS Tjokroaminoto
 
Ketika Surabaya sudah terbentuk menjadi sebuah kota industri besar, secara tidak langsung membentuk sebuah komunitas sosial baru, yakni golongan buruh. Golongan buruh pada saat itu adalah kelompok sosial yang lemah secara ekonomi, karena pendidikannya yang juga redah. 
 
“Ketika di Surabaya pertama kali ada sensus penduduk, tercatat warga Surabaya saat itu hanya 17 persen yang sekolah. Tentu, sebagian besar saat itu buruh yang bekerja di Surabaya adalah pekerja rendahan dan kasar. Meskipun buruh rendahan, hal itu justru mendapat perhatian Soekarno, ujarnya. 
 
Kenapa bisa, buruh rendahan itu menjadi perhatian Soekarno? Karena para buruh itu menjadi salah satu dasar pembentukan ideologi Marhaenisme, sebagai bentuk kepedulian Soekarno terhadap para buruh. Selain itu, ideologi Marhaenisme itu juga menjadi dasar Soekarno dalam merumuskan Pancasila. 
 
Di tahun 1910, Kota Surabaya muncul gerakan protes kuat dari rakyat yang tinggal di lingkup tanah partikelir pada masa itu. Protes itu muncul lantaran rakyat yang tinggal di tanah partikelir itu tidak terima jika harus tunduk terhadap tuan tanah.
 
Karena perbuatan tuan tanah yang semena-mena dan menjadikan tanahnya itu untuk membangun kota dan perumahan, secara otomatis rakyat yang tinggal di tanah partikelir itu pun banyak yang tergusur, katanya. 
 
Seiring dibangunnya tanah partikelir menjadi sebuah pemukiman dan pertokoan, muncul salah satu tokoh pergerakan dari Ondomohen, yaitu Pak Siti alias Sadikin yang menggerakkan warga Surabaya kala itu untuk protes. Saat itu Sadikin tidak sendiri, ia bersama seorang temannya Prawirodirdjo, membela rakyat yang tinggal di tanah partikelir itu hingga tuntas di pengadilan kolonial (Landraad) kini Pengadilan Negeri Surabaya. 
 
 

https://www.medcom.id/nasional/daerah/VNxoY08K-rumah-hos-tjokroaminoto-di-surabaya-dapur-nasionalisme-bung-karno

Sumber: https://www.medcom.id/nasional/daerah/VNxoY08K-rumah-hos-tjokroaminoto-di-surabaya-dapur-nasionalisme-bung-karno
Tokoh



Graph

Extracted

persons Soekarno,
companies ADA,
organizations API,
institutions UNAIR, Universitas Airlangga,
topics Buruh,
products Pancasila,
nations Belanda, Indonesia,
places JAWA TIMUR,
cities Surabaya,