Jerry Ng sampai John Kusuma, Deretan Nama Besar di Balik Bank Digital

  • 11 Juni 2022 15:06:56
  • Views: 6

IDXChannel - Bank digital sedang populer di tengah masyarakat. Menurut survei Daily Social bertajuk “The Rise of Digital Banking 2021, berbagai platform bank digital sudah diunduh puluhan jutaan kali oleh masyarakat.

Adapun aplikasi Neobank milik Bank Neo Commerce menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh dengan jumlah unduhan mencapai lebih dari 10 juta kali. Sementara Bank Jago juga cukup populer di masyarakat yang diunduh lebih dari satu juta kali.

Di balik ketenaran bank digital, terdapat perusahaan dan nama besar yang menjadi pemegang saham maupun berperan mengakuisisi emiten yang semula merupakan bank ‘mini’. Berikut sederet nama besar dibalik bank digital yang dirangkum oleh Tim Riset IDX Channel.   

Bank Jago (ARTO)

Bank Artos Indonesia atawa ARTO (sebelum berganti menjadi Bank Jago) merupakan bank milik keluarga Arto Hardy yang diakuisisi oleh Jerry Ng dan koleganya pada 26 Desember 2019 silam.

Akuisisi ini dilakukan melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia. Asal tahu saja, Jerry Ng merupakan pengusaha yang menempati peringkat ke-12 orang terkaya di Indonesia pada tahun 2021. Menurut Forbes, kekayaan bankir kawakan tersebut mencapai USD3,2 miliar.

Sebelumnya, Jerry Ng merupakan Direktur Utama PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) sejak 2018 hingga 2019. Ia juga yang menciptakan Jenius, cikal bakal bank digital di Tanah Air pada 2016 silam.

Bersama dengan Patrick Walujo, Jerry Ng menjadi pengendali bank tersebut yang masing-masing menguasai 29,80 persen dan 11,69 persen saham ARTO. Adapun ARTO diakuisisi oleh perusahaan investasi milik Patrick yang berbasis di Hong Kong, yakni Wealth Track Technology Ltd (WTT).

Selain itu, PT Dompet Karya Anak Bangsa atau Gojek turut menjadi bagian pemegang saham ARTO per Desember 2020. Adapun kepemilikan saham Gojek hingga 31 Mei 2022 menurut BEI sebesar 21,04 persen atau 2,97 miliar saham.

Tak hanya Gojek, GIC Private Limited turut memiliki saham ARTO sebesar 9,21 persen atau sebanyak 1,28 miliar saham per 31 Mei 2022.

Bank Neo Commerce (BBYB)

Bank Neo Commerce atau BBYB pertama melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2015 lalu dengan nama Bank Yudha Bhakti. Di tahun 2020, Bank tersebut bertransformasi menjadi bank digital yang kemudian mengubah Namanya menjadi PT Bank Neo Commerce Tbk.

Per 19 November 2021, PT Akulaku Silvrr Indonesia, startup fintech lending, resmi mengakuisisi 24,9 persen saham bank digital ini. Startup yang didirikan oleh Wiliam Li pada 2014 lalu, kini memiliki 25,66 persen saham BBYB. Berdasarkan data BEI, jumlah saham yang dimiliki fintech tersebut mencapai 2,41 miliar saham per 31 Mei 2022.

Selain Akulaku, tiga perusahaan lain juga tercatat menjadi pemegang saham BBYB. Adapun ketiga emiten tersebut adalah Gozco Capital (14,81 persen), Rockore Financial Technology (6,12 persen) dan Yellow Brick Enterprise (5,17 persen). 

Allo Bank Indonesia (BBHI)

Allo Bank Indonesia (BBHI) merupakan emiten yang kepemilikan mayoritas sahamnya beralih tangan dari PT Hakim Putra Perkasa menjadi PT Mega Corpora yang merupakan salah satu anak perusahaan CT Corp milik pengusaha ternama Chairul Tanjung.

Adapun PT Mega Corpora memegang 60,88 persen saham bank yang pada awalnya bernama PT Bank Harda Internasional Tbk tersebut. BEI mencatat, jumlah saham yang dimiliki oleh salah satu unit bisnis CT Corp tersebut mencapai 13,22 miliar saham.

Selain CT Corp, saham BBHI juga dimiliki perusahaan besar lainnya seperti Bukalapak, Abadi Investment (Traveloka), dan PT Indolife Investama Perkasa (Salim Grup). Adapun menurut data BEI, Bukalapak memegang 11,49 persen saham BBHI atau setara dengan 2,50 miliar.

Sementara Traveloka, perusahaan yang menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat dan hotel tersebut juga memiliki 7 persen saham emiten bank tersebut. Sedangkan Indolife Investama Perkasa memiliki sebanyak 1,3 miliar saham baru atau 6 persen saham BBHI. Sekadar informasi, Salim Grup melakukan Penawaran Umum Terbatas III Perseroan (PMHMETD III) atau right issue BBHI senilai Rp623,22 miliar pada 14 Januari 2022 lalu.

Kepemilikan Saham Bank Digital (Per 31 Mei 2022)

width=500

Sumber: Tim Riset IDX Channel, Bursa Efek Indonesia (BEI), Juni 2022 (data olahan)

Bank Aladin Syariah (BANK)

Sebelum tercatat sebagai bank digital syariah, nama Bank Aladin mengalami perubahan sebanyak lima kali. Pada saat didirikan pada tahun 1994 lalu, Emiten ini semula bernama PT Bank Maybank Nusa International.

Pada tahun 2010, bank ini berubah menjadi PT Bank Maybank Syariah Indonesia. Perubahan nama Kembali terjadi di tahun 2019, yakni PT Bank Net Indonesia Syariah. Kemudian pada 7 April 2021 lalu, nama Bank ini menjadi Bank Aladin Syariah (BANK).

Dibalik BANK, terdapat nama John Kusuma yang masuk dalam 50 orang paling kaya di Tanah Air pada 2021 menurut Forbes. Forbes juga mencatat total harta kekayaan John mencapai USD1,4 Miliar atau Rp20 triliun (kurs Rp14.300) per 9/6/2022. Selain itu, John juga dikenal sebagai salah satu petinggi PT Nojorono Tobacco International di Kudus, Jawa Tengah. Perusahaan tersebut merupakan produsen rokok terkenal seperti Class Mild.

John tercatat memiliki saham di Bank Aladin Syariah atau BANK. Ia merupakan pemegang saham pengendali terakhir alias ultimate beneficiary owner (UBO) BANK lantaran mengendalikan PT Aladin Global Ventures.

Adapun BEI mencatat saham yang dimiliki oleh PT Aladin Gloal Ventures di Bank Aladin sebesar 59,76 persen atau 7,98 miliar lembar saham per 31 Mei 2022.

Selain John  Kusuma, saat ini bank syariah tersebut dipimpin oleh nama terkenal lainnya, yakni Dyota Marsudi, sebagai Direktur Utama. Dyota merupakan anak dari Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.

Kabar teranyar, emiten pengelola Alfamart PT Sumberia Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) mengumumkan telah berinvestasi di Bank Aladin senilai Rp500 miliar pada Selasa lalu (7/6/2022).

Kedekatan AMRT dengan BANK sebenarnya sudah terlihat sejak tengah tahun lalu. Mengutip pemberitaan IDXChannel (7/7/2021), kedua emiten tersebut, bersama perusahaan telemedicine Halodoc, melakukan kerjasama untuk sistem pembayaran dan pengiriman uang lewat remitansi.

Bank Amar Indonesia (AMAR)

Bank Amar Indoneia (AMAR) merupakan bank yang berdiri sejak Januari 1922. Bank ini kemudian bertransformasi menjadi bank digital dengan meluncurkan produk digital banking, Senyumku, pada Agustus 2020 lalu. Terjun di perbankan digital, emiten ini gencar memperkuat posisinya dengan mengandalkan teknologi digital, yakni kecerdasan buatan (AI), big data, hingga komputasi awan (cloud).

Tolaram Group Inc menjadi pemegang saham utama perseroan sekaligus pengendali perseroan yang memiliki 60,39 persen saham di AMAR per 31 Mei 2022. Dilansir dari BEI, jumlah saham yang dimiliki konglomerasi Singapura asal Malang ini mencapai 8,35 miliar saham.

Kabar teranyar, Tolaram Group telah menandatagani kesepakatan transaksi terkait rencana pembelian saham oleh Investree Singapore Pte Ltd (Investree Group) sebesar 18,4 persen pada Mei lalu. Adapun Investree sebagai perusahaan fintech, turut berencana untuk bersinergi dengan AMAR dalam menyediakan produk pembiayaan yang menjangkau UMKM secara nasional. (ADF)

Sumber: Riset IDX Channel, Juni 2022

Periset: Melati Kristina


https://www.idxchannel.com/market-news/jerry-ng-sampai-john-kusuma-deretan-nama-besar-di-balik-bank-digital

Sumber: https://www.idxchannel.com/market-news/jerry-ng-sampai-john-kusuma-deretan-nama-besar-di-balik-bank-digital
Tokoh





Graph