Peragi Sebut Kesejahteraan Petani di Era Mentan SYL Terus Meningkat 

  • 08 Juni 2022 16:30:13
  • Views: 9

Jakarta, IDN Times - Ketua Bidang Kajian Kebijakan Pertanian pada Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi), Prof. Edi Santosa, mengatakan bahwa kesejahteraan petani selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. 

Menurutnya, peningkatan tersebut bisa dilihat dari data BPS Januari 2022. Nilai tukar petani (NTP) mencapai 108,67 atau naik sebesar 0,30 persen. Adapun nilai tukar usaha petani (NTUP) mencapai 108,65 atau naik 0,12 persen. Selain itu, terdapat juga rangkaian kurva NTP yang sangat positif yang terjadi di sepanjang periode 2020 lalu.

Saya percaya kalau NTP dan NTUP naik artinya kesejahteraan petani juga naik. Keduanya adalah indikator pasti yang sudah melalui hitungan BPS, ujar Prof. Edi Santosa, Selasa (7/6).

1. Kenaikan NTP dan NTUP juga berarti adanya kenaikan produksi

PeragiPetani merontokkan bulir padi saat panen raya padi. (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Prof Edi juga mengatakan, kenaikan NTP dan NTUP juga berarti adanya kenaikan produksi. Hal ini membuktikan bahwa produksi nasional terus mengalami peningkatan secara signifikan. Seperti diketahui, Indonesia sudah tiga tahun berturut-turut tidak melakukan impor beras.

Saya kira peningkatan ini tidak lepas dari 3 hal. Pertama, peningkatan kualitas benih. Kedua, penyediaan pupuk dan ketiga penggunaan alsintan. Menurut saya inilah yang disebut pertanian maju, mandiri, dan modern di bawah Meteri SYL, katanya.

Baca Juga: Kementan Sarankan Petani Banjarnegara Ikut Program AUTP

2. Indonesia cukup berhasil meningkatkan produksi padi dan jagung

PeragiIlustrasi panen jagung (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Edi menilai bahwa tantangan produksi padi saat ini tidaklah mudah. Apalagi Indonesia dan juga negara-negara di dunia sama-sama menghadapi krisis yang sama. Belum lagi adanya perang negara antara Rusia dan Ukraina yang berdampak langsung pada kenaikan harga-harga.

Indonesia adalah negara yang cukup berhasil dalam meningkatkan produksi padi dan jagung sehingga ketersediaannya selalu stabil, terutama di saat pandemi seperti saat ini, katanya.

Sebagai informasi, data badan pangan dunia FAO menyebut bahwa Indonesia pada tahun 2018 menduduki peringkat kedua dari 9 negara negara FAO di Benua Asia yang menghasilkan produksi beras melimpah. 

Adapun urutannya Vietnam 5,89 ton/hektare, Indonesia 5,19 ton/hektare, Bangladesh 4,74 ton/hektare, Filipina 3,97 ton/hektare, India 3,88 ton/hektare, Pakistan 3,84 ton/hektare, Myanmar 3,79 ton/hektare, Kamboja 3,57 ton/hektare, dan Thailand 3.l,09 ton/hektare. Bahkan untuk tingkat Asia posisi produktivitas Indonesia berada di peringkat kedua setelah Vietnam.

Karena itu, keberhasilan ini perlu kita dukung bersama agar ke depan Indonesia menjadi negara kuat yang berdaulat atas pangannya sendiri, katanya.

3. Indonesia adalah negara pertanian yang sangat kuat

PeragiMenteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak para petani di Jawa Tengah untuk menggerakkan roda ekonomi nasional melalui program pertanian, food estate. (Dok. Kementan)

Terpisah, Pengamat Pangan dari Universitas Brawijaya, Mangku Purnomo, mengapresiasi keberhasilan Kementan dalam meningkatkan produksi padi dan jagung nasional. Baginya, keberhasilan ini merupakan bukti bahwa Indonesia adalah negara pertanian yang sangat kuat dan bisa diperhitungkan di kancah internasional.

Yang pasti kita telah menunjukkan kepada negara-negara di dunia bahwa kita adalah bangsa pertanian terkuat yang memiliki potensi besar di sektor pertanian, ujarnya. (WEB)

Baca Juga: Kementan Jalankan Program Irigasi Pertanian di Probolinggo


https://www.idntimes.com/news/indonesia/marwan-fitranansya-1/kesejahteraan-petani-terus-meningkat-csc

Sumber: https://www.idntimes.com/news/indonesia/marwan-fitranansya-1/kesejahteraan-petani-terus-meningkat-csc
Tokoh



Graph