HEADLINE: Para Petinggi Parpol Turun Gunung, Cek Ombak dan Negosiasi Jelang Pemilu 2024?

  • 08 Juni 2022 04:49:02
  • Views: 15

Liputan6.com, Jakarta Setelah sejumlah ketua umum partai politik seperti Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan, dan Suharso Monoarfa berkumpul dan sepakat membentuk poros politik bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), perlahan arus politik jelang Pemilu 2024 kian deras.

Tak berselang lama, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto langsung sowan ke kediaman Ketum Partai NasDem Surya Paloh pada 1 Juni 2022. Usut punya usut, usai Prabowo mengeluarkan pernyataan di sana, membuat jajaran Gerindra kelimpungan.

Akhirnya Sekjen Gerindra Ahmad Muzani mengeluarkan pernyataan yang menegaskan Prabowo akan segera mengumumkan untuk maju sebagai Capres 2024.

Usai Prabowo, lima hari kemudian atau tepatnya pada 5 Juni 2022 malam, para petinggi Demokrat juga langsung bersilahturahmi politik dengan Surya Paloh.

Bukan hanya sang Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY yang menemui Surya Paloh, sang ayahandanya yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY turun gunung dan mulai melibatkan diri ke aktivitas politiknya usai disibukkan dengan melukis dan memantau tim volinya.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) Kunto Adi Wibowo mengatakan, cepat atau tidaknya para ketum parpol ini turun untuk membahas koalisi dan berstrategi karena salah satu variabel penting.

Soal Pak Ganjar yang sebentar lagi nasibnya akan ditentukan oleh PDIP dan para petinggi parpol ini berusaha untuk kemudian, karena Pak Ganjar termasuk elektabilitasnya yang tinggi dan secara obyektif mau enggak mau itu kan harus diperhitungkan. Kalau menurut saya ini faktor yang membuat para petinggi parpol turun gunung. Dan faktor kedua karena tidak ada incumbent di 2024. Semuanya relatif wajah baru, tokoh baru, kecuali Pak Prabowo, tapi beliau bukan incumbent, kata dia kepada Liputan6.com, Selasa (7/6/2022).

Karena itu, kecendrungan Pilpres 2024 ini akan menghadirkan lebih dari dua pasang calon. Sehingga, membuat para petinggi parpol untuk mendiskusikan peluang calonnya maju, kecuali PDIP yang dinilainya memiliki keyakinan dan masih tenang dalam membicarakan koalisi.

Apalagi sudah ada satu koalisi terbentuk dan ada kemungkinan ada tiga koalisi yang bisa menawarkan capres. Yang pertama PDIP dia bisa sendirian, yang kedua kan sangat mungkin Gerindra dengan PKB. Yang ketiga NasDem, PKS, dan Demokrat. Atau antara NasDem dan Demokrat bisa tukar-tukaran dengan PKB dan Gerindra. Jadi maksimal empat, ungkap Kunto.

Meski demikian, dia menegaskan, tak menutup kemungkinan jika memang partai politik menghadirkan dua pasang calon saja. Terlebih jika KIB dibentuk hanya untuk menampung Pak Ganjar, dan pilihan PDIP ke sosok Gubernur Jawa Tengah itu.

Jadi dinamika yang baru, tutur Kunto.

Dia juga melihat sejauh ini masih ada yang belum menjadi partai utama atau partai yang bisa mendulang keuntungan.

Tapi kalkulasi matematikanya misalnya, PDIP tentu saja sangat confident hari ini. Karena mereka hari ini menguasai sebagaian besar kursi di DPR dan itu membuktikan bahwa kerja mesin partainya oke. Sehingga, dia gak terlalu berharap akan coattail effect dari tokoh presiden yang akan diusung. Toh, kemarin coattail effect Jokowi enggak gede ke PDIP dan bahkan dibagi banyak partai pendukung lainnya, itu resiko jika berkoalisi dengan banyak partai, kata Kunto.

Senada, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin melihat waktu persiapan hanya tinggal belasan bulan lagi dan ini waktu yang tidak lama. Dia juga menyebut, ini menandakan bahwa tahun politik telah datang.

Kalau tidak bergerak, SBY tidak bergerak, bisa jadi AHY akan ketinggalan kereta, kata dia kepada Liputan6.com, Selasa (7/6/2022).

Ujang menyadari belakangan terakhir NasDem menjadi sorotan. Karena, KIB sudah dibentuk, tinggal harapannya merekalah bisa membentuk poros baru atau minimal bisa menciptakan lebih dari dua pasang calon.

Oleh karena itu sebenarnya yang mesti kita amati bagaimana NasDem, Demokrat, PKS kita dorong bisa menjadi poros baru. Agar Pemilu bisa berwarna dan mengindari polarisasi, ungkap dia.

Namun, dua pasang calon di Pemilu 2024 bisa saja terjadi jika NasDem akhirnya belum bisa membangun koalisi dengan baik. Terlebih saat ini, KIB hanya mengunci partai saja untuk berkoalisi.

Dia mengunci partainya tapi tidak mengunci capres cawapresnya karena tidak ada. Makanya untuk partai lain yang belum, harus gercep untuk bisa membangun koalisi diantara yang belum itu, tutur Ujang.

Selain itu, dia melihat di Pemilu 2024 ini tidak ada partai yang akan mendulang keuntungan dengan mudah. Pasalnya, jika salah satu parpol mendukung pasangan yang elektabilitasnya tinggi, hanya bisa mendapatkan coattail effect sekitar di angka 1 sampai 3 persen saja.

Jadi sesungguhnya perjuangan dari ya pertaruhan partai itu sendiri, ungkap Ujang.

Selain itu, dia melihat sikap PDIP sebagai partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut yang cenderung tenang saat ini adalah hal kewajaran. Selain itu, punya tiket sendiri untuk maju ke Pilpres 2024.

Tapi memang beban PDIP ketika dia mengusung Puan. Karena Puan belum cukup untuk dipublikasi, itu perjuangan PDIP, kata Ujang.

 

Perlahan Tapi Pasti

Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno melihat turun gunungnya para ketum parpol ini tak terlepas dari konfigurasi politik yang sudah mulai mengerucut. Misalnya hadir KIB sebagai salah satu poros politik, kemudian sudah ada PDIP yang memiliki tiket sendiri untuk maju.

Tentu partai politik yang belum menentukan pilihan politiknya, tentu akan mencoba melakukan komunikasi politik sebagai upaya menciptakan poros politik di luar KIB dan PDIP. Makanya tidak heran kalau misalnya Prabowo kemudian SBY dan Surya Paloh silih berganti secara bergantian melakukan pertemuan-pertemuan politik, kata dia kepada Liputan6.com, Selasa (7/6/2022).

Menurut Adi, para ketum parpol ini mencoba mendesain kemungkinan kerja sama politik. Karena ada trigger dari KIB, di mana KIB ini sudah menjadi poros politik sendiri yang sangat mungkin mereka akan mengusung capres dan cawapres, tuturnya.

Sehingga, jika Pemilu 2024 masih seperti konfigurasi politik seperti ini, maka bukan tak mungkin akan melahirkan dua pasang calon capres dan cawapres saja.

Dengan catatan PDIP masih sendiri, kemudian Gerindra bikin poros misalnya dengan PKB itu sudah poros politik juga. Kemudian NasDem membikin poros dengan Demokrat dan PKS, itu sudah empat poros, kata Adi.

Meski demikian, semuanya ini tergantung dari kepentingan politik yang ingin dicapai. Kemungkinan bahwa partai seperti NasDem, Demokrat, PKS, Gerindra, dan PKB masuk antara poros KIB dan PDIP masih terbuka lebar.

Kalau koalisinya cocok dan masuk akal, mereka akan bikin poros politik di luar KIB dan PDIP. Tapi kalau enggak cocok, mungkin saja mereka merapat ke poros yang sudah ada, jelas Adi.

 

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menemui Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh di Kantor DPP Partai Nasdem di Gondangdia. Prabowo mengungkapkan siapa saja bisa menjadi calon presiden tidak harus dirinya.


https://www.liputan6.com/news/read/4980977/headline-para-petinggi-parpol-turun-gunung-cek-ombak-dan-negosiasi-jelang-pemilu-2024

Sumber: https://www.liputan6.com/news/read/4980977/headline-para-petinggi-parpol-turun-gunung-cek-ombak-dan-negosiasi-jelang-pemilu-2024
Tokoh

























Graph