Tak Hanya GOTO, Ini Deretan Startup Global yang Melantai di Pasar Modal

  • 07 Juni 2022 18:07:02
  • Views: 12

IDXChannel - Pemerintah terus mendukung perkembangan perusahaan rintisan (startup) besutan dalam negeri hingga dapat berkiprah di regional, bahkan global. Terbaru, misalnya, Presiden Joko Widodo sibuk mempromosikan startup-startup Tanah Air dalam pertemuan ASEAN-US Special Summit with Business Leaders, di Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (12/5/2022) lalu.

Tak hanya memperluas ekspansi dan cakupan bisnis, para pelaku startup juga didorong untuk memperkuat sisi finansialnya lewat opsi pendanaan dari pasar modal, baik bursa domestik maupun luar negeri. Sebagai regulator, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan telah mengeluarkan kebijakan saham dengan hak suara multipel (Multipel Voting Shares/MVS).

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi salah satu emiten yang memanfaatkan fasilitas tersebut saat resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Senin (11/4/2022) lalu. Sebelum GOTO, sudah ada juga Bukalapak yang telah menawarkan sebagian sahamnya di lantai bursa.

Senada dengan yang terjadi di dalam negeri, sejumlah startup lain juga diketahui telah meraup sejumlah pendanaan dari industri pasar modal. Siapa sajakah mereka? Berikut kami sajikan beberapa diantaranya.

GOTO
Saat melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO), Direktur Utama sekaligus CEO Grup GoTo, Andre Soelistiyo, menyebut bahwa lewat momen bersejarah ini GOTO akan meningkatkan kemampuan untuk mencapai misi serta melayani seluruh pihak di dalam ekosistem dengan lebih baik.

GOTO menawarkan 46,7 miliar saham seri A di harga Rp338 per unit. Dari keseluruhan proses IPO, GOTO mengumpulkan total dana sebesar USD1,1 miliar, atau sekitar Rp15,8 triliun. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari keberhasilan penghimpunan dana sebesar USD954,7 juta (Rp13,7 triliun) dari penawaran umum serta USD146,3 juta (Rp2,1 triliun) dari penjualan saham treasuri dalam rangka opsi penjatahan lebih.

Penghimpunan dana mencerminkan kapitalisasi pasar sebesar USD28 miliar (Rp400,3 triliun). Pencatatan serta penyerahan piagam pencatatan berlangsung di Gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta pada Senin (11/4/2022) yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, dan Direktur Utama BEI Inarno Djajadi.

Bukalapak
PT Bukalapak.com (BUKA) telah mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021. Menurut Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, Bukalapak menjadi perusahaan ke-28 yang melakukan IPO pada 2021. Dalam IPO, BUKA menawarkan 25,76 miliar saham dengan harga penawaran Rp850 per saham.

Dari keseluruhan proses IPO, BUKA meraup dana Rp21,9 triliun, yang merupakan penggalangan dana IPO terbesar sepanjang sejarah. Usai resmi melantai di Bursa Efek Indonesia, BUKA ditasbihkan sebagai perusahaan unicorn pertama yang melantai di pasar modal, bukan hanya di Indonesia namun di Asia Tenggara.

Tak cuma menorehkan sejarah, BUKA telah berhasil menarik banyak minat investor. Terdapat lebih dari 90 ribu investor yang ikut andil dalam IPO BUKA. Pada Jumat (6/8/2021), BUKA ditutup melesat 24,71 persen pada level Rp1.060 per sahamnya dan mengalami ARA (auto rejection atas). Diketahui, saham BUKA dijual perdana pada level Rp850 per sahamnya.

Lalu pada Senin (9/8/2021), BUKA menguat 25 persen pada level Rp1.325 per saham. Hal ini membuat BUKA kembali mendapat level ARA. Namun pada Selasa (10/8/2021), BUKA mengalami penurunan, hingga penutupan perdagangan saham BUKA jatuh ke level ARB (auto rejection bawah) dengan harga Rp1.038 per sahamnya.

Kemudian, saham BUKA terus mengalami pelemahan pada Rabu (16/8/2021). Ketika itu, saham BUKA anjlok ke level Rp830 per saham. Hal ini membuat harga saham BUKA berada jauh di bawah harga yang ditawarkan ketika IPO, yaitu Rp850 per saham.

LeEco
LeEco, sebuah startup China yang sahamnya sempat terdaftar di pasar modal, terpaksa tutup lantaran tidak mampu membayar biaya sewa gedung. Saham LeEco berhasil menanjak ke perdagangan ChiNext. Pada 2015, LeEco berhasil mengumpulkan 805 juta yuan dari pendanaan seri A untuk divisi streaming olahraga dan penjualan sekitar 50 juta saham.

Perusahaan induk publik LeEco yaitu LeShi Internet melaporkan pendapatannya sekitar 13 miliar yuan dan keuntungan 573 juta yuan. Usai IPO pada 2010, ekspansi LeEco sangat mengesankan. LeEco dapat memperluas bisnisnya dari layanan streaming online ke ekosistem perangkat keras termasuk sepeda, mobil hingga TV pintar. Namun, ekspansi yang dilakukan LeEco dengan cepat ini banyak menghadapi masalah.

Banyak anak usaha LeEco yang mengalami kerugian serta berutang hingga jutaan dolar, salah satunya adalah LeSports. LeSports tutup usai menunggak pembayaran sewa kantor selama berbulan-bulan. Diketahui, LeSports menyewa lantai 33 serta 35 The Octagon LK Wah International di Tsuen Wan. Selain belum membayar uang sewa, LeSports juga belum melakukan pembayaran penyediaan jaringan.

Uber
Penawaran umum saham perdana (IPO) Uber berada di bawah ekspetasi. Usai diperdagangkan di pasar modal, saham perusahaan teknologi serta penyedia jasa transportasi ini mengalami kemerosotan. Berdasarkan data Bloomberg, hal tersebut merupakan rekor terburuk dalam pencatatan saham teknologi serta penyedia jasa transportasi dalam 10 tahun terakhir.

Saham Uber diperdagangkan pada harga USD42 per saham, di bawah harga penawaran umum yang dipatok di USD45 per saham pada Kamis (9/5/2019). Pada penutupan perdagangan, saham Uber sebesar USD42 per saham dengan kapitalisasi pasar USD69,7 miliar. Harga IPO berada di bawah kisaran harga yang ditawarkan, USD44-50 per saham. Valuasinya meleset dari target USD120 miliar yang dinyatakan dalam IPO.

Pencatatan saham Uber ini dinilai kurang tepat, di mana hal itu terjadi saat kondisi pasar kurang menguntungkan. Ketika itu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun lebih dari 300 poin. Hal ini lantaran sentimen perang dagang Amerika Serikat dan China.

Grab
Grab melakukan IPO di bursa Nasdaq, Amerika Serikat pada Kamis (2/12/2021). Hal ini terjadi usai perusahaan tersebut merger dengan nilai USD40 miliar dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus bernama Altimeter Growth Corp. Entitas gabungan tersebut diperdagangkan dengan kode saham GRAB. Melalui merger ini, Grab mendapat dana segar USD4,5 miliar, termasuk suntikan modal dari Altimeter pada April 2021 sebesar USD750 juta.

Ketika pembukaan perdagangan, Chairman Nasdaq Asia Pacific Bob McCooey mengatakan, momentum tersebut adalah pertama kalinya dalam sejarah sebuah perusahaan Asia Tenggara yang melakukan pencatatan saham terbesar. GRAB sempat dibuka menguat di level USD13,08 per saham pada awal perdagangan. Namun harga saham GRAB ternyata terus mengalami penurunan dan ditutup terkoreksi 20,53 persen pada penutupan perdagangan pada Kamis (2/11/2021) di level USD8,75 per saham.

Lyft
Lyft melantai di bursa saham Nasdaq pada 29 Maret 2019 dengan kode LYFT. Saham perusahaan penyedia transportasi online ini melonjak dalam debutnya. Diketahui, LYFT mengumpulkan dana dalam IPO sebanyak USD2,34 miliar.

LYFT telah mengumpulkan USD5,1 miliar dalam pendanaan utang serta ekuitas, mencapai valuasi sebesar USD15,1 miliar pada tahun lalu. LYFT mempunyai kerugian bersih dari bisnisnya sebelum IPO dengan nilai kerugian USD911 juta pada pendapatan sebesar USD2,2 miliar di 2018. Perusahaan yang didirikan oleh Logan Green ini telah turun lebih dari 16% sejak IPO hari pertama.

Teladoc
Perusahaan telehealth, Teladoc, melakukan IPO di New York Stock Exchange pada 1 Juli 2015. Pada IPO pertama, sahamnya dihargai USD19 per lembar dengan jumlah saham yang dijual mencapai  8,3 juta dan menawarkan nilai perusahaan sebesar USD620 juta.

Ketika mulai diperdagangkan, Teladoc mempunyai kode saham TDOC. TDOC memulai debutnya dengan diperdagangkan pada nilai USD28 per saham, jauh di atas harga IPO USD19. Selama tiga bulan pertama di 2015, TDOC membukukan pendapatan USD16,6 juta dan rugi bersih sebesar USD12,7 juta. (TSA)


https://www.idxchannel.com/economics/tak-hanya-goto-ini-deretan-startup-global-yang-melantai-di-pasar-modal

Sumber: https://www.idxchannel.com/economics/tak-hanya-goto-ini-deretan-startup-global-yang-melantai-di-pasar-modal
Tokoh







Graph

Extracted

persons Airlangga Hartarto, joko widodo, Wimboh Santoso,
companies ADA, Bloomberg, Bukalapak, Dana, Dow Jones Industrial Average, Gojek, GoTo, Grab, MNC, Tokopedia, Uber,
ministries Bursa Efek Indonesia, OJK,
organizations ASEAN,
ngos IPO,
products startup, yuan,
nations Amerika Serikat, Indonesia, Republik Rakyat Cina,
places DKI Jakarta,
cities New York, Washington,
transportations sepeda,
musicclubs APRIL,