Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Geopolitik antara Rusia dan Ukraina tampaknya berpengaruh besar mengerek harga komoditas pangan dan energi global. Sehingga, banyak negara yang turut terdampak dari kenaikan harga tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bercerita, belum lama ini dirinya bertemu dengan Menteri Keuangan Turki dan juga Mesir dalam pertemuan tahunan Islamic Development Bank (IsDB) di Mesir.

Seperti yang sudah diketahui, lonjakan harga energi dan pangan membuat Turki mengalami inflasi sampai 74%. Sementara posisi inflasi di Indonesia berada di level 3,4%.

“Kenaikan harga  diteruskan langsung ke perekonomian dan masyarakat sehingga banyak negara mengalami kenaikan harga di dalam negerinya. Saya bicara dengan banyak Menkeu. Menkeu Turki mengatakan inflasi di dalam negerinya 74%, sementara Indonesia 3,5%, jelasnya dalam dalam Rapat Kerja Bersama Komite IV DPD RI, Selasa (7/6).

Baca Juga: Sri Mulyani Harap Daerah Dapat Tingkatkan Kualitas Pengeluaran

Sri Mulyani mengatakan, peningkatan harga pangan dan energi tidak hanya berdampak pada inflasi, tetapi juga pelebaran defisit. Misalnya saja Mesir, yang mengalami pelabaran defisit anggaran hingga 6%, dan inflasinya mencapai 13,1%.

Selain itu, terdapat juga negara-negara lain seperti Iran, Uzbekistan, Nigeria, Uganda, dan Senegal, termasuk Indonesia yang turut merasakan guncangan dari kenaikan harga energi dan pangan.

Sehingga, lanjutnya, untuk menghindari risiko yang terjadi, Pemerintah telah menciptakan formulasi dan bantalan agar dampak kenaikan harga tersebut bisa diredam. Salah satunya dengan menambah bantalan subsidi energi dan dan kompensasi energi sebesar Rp 350 triliun.

Hal tersebut juga bertujuan untuk melindungi daya beli masyarakat, serta menjaga momentum pemulihan ekonomi yang saat ini menjadi perioritas pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News