Eks Napiter Ungkap Fakta Mahasiswa Jadi Sasaran Utama Kelompok Radikal

  • 03 Juni 2022 17:16:00
  • Views: 16

TIMESINDONESIA, MALANG – Penangkapan mahasiswa UB beberapa waktu lalu menghebohkan masyarakat Indonesia. Hal tersebut mendapat tanggapan dari Eks Narapidana Teroris (Napiter) asal Jember bernama Syahrul Munif.

Sebelumnya, nahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berinisial IA (22) diamankan oleh Densus 88 di rumah indekosnya di Kota Malang. Pria asal Lampung yang berkuliah di jurusan Hubungan Internasional (HI) FISIP UB tersebut diduga merupakan simpatisan ISIS yang akan menyerang kantor kepolisian.

Menyikapi peristiwa tersebut, Syahrul yang sudah sejak lama menetap di Malang tersebut mengungkapkan bahwa mahasiswa memang menjadi sasaran empuk bagi kelompok-kelompok radikal. Dari situ, Syahrul memberikan saran bagaimana bisa mengantisipasi paham radikalisme di tataran mahasiswa sesuai pengalamannya sendiri.

Diketahui, Syahrul merupakan eks Napiter dan pernah berangkat ke Suriah di tahun 2014 silam selama enam bulan. Ia juga mengaku bahwa dirinya terpapar paham radikalisme sejak ia berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Kota Malang pada tahun 2000an lalu.

Itu saya sempat berlanjut hingga lulus 2004 dan sempat ikut Jamaah Ansharut Tauhid hingga berangkat ke Suriah 2014, ujar Syahrul saat ditemui di Balai Pemasyarakatan Kelas I Malang, Jumat (2/6/2022).

Ia mengungkapkan, mahasiswa menjadi sasaran mudah untuk dicekoki paham radikal, karena menurutnya di masa sebagai mahasiswa, yakni masa mencari jati diri. Momen perekrutan di kalangan mahasiswa sangat efektif dilakukan kelompok radikal, karena mahasiswa itu usia mencari jati diri, ungkapnya.

Kemudahan menyusupi paham-paham radikal ke kalangan mahasiswa ini dipermudah juga dengan berbagai propaganda yang didengungkan kelompok radikal. Beberapa mahasiswa yang menganggap negara ini perlu diubah dengan masalah seperti korupsi akan mudah masuk di pahami oleh para mahasiswa.

Biasanya dia (mahasiswa) itu mempunyai semangat yang tinggi agamanya. Akhirnya dipaparkan ayat-ayat Alquran atau hadis. Tapi Framenya itu hanya satu tafsir saja dan akhirnya mereka memandang negara ini sebagai tagut, karena tidak memperlakukan hukum Islam secara penuh. Mereka akan memerangi pemerintah, jelasnya.

Saat ketidakpercayaan terhadap hal tersebut, lanjut Syahrul, mereka para mahasiswa mempunyai pemahaman untuk meninggalkan negara. Mahasiswa akan mudah mempercayai konsep jihad untuk merubah sistem negara yang dianggap buruk.

Kewajiban jihad itu untuk memerangi pemerintah umumnya TNI-Polri, karena dua lembaga besar ini menyokong negara, katanya.

Sepengalaman Syahrul, ia tidak sampai untuk memerangi kedua institusi tersebut. Oleh sebab itu, Syahrul akhirnya terbang ke Suriah di 2014 saat terjadi konflik.

Namun, menurut Syahrul selama 14 tahun ia masuk dalam radikalisme bahwa perguruan tinggi sebenarnya harus memiliki peran penting untuk memberikan wawasan kebangsaan terhadap mahasiswa baru.

Akan tetapi, peran tersebut bisa saja tidak efektif jika berdiri sendiri. Apalagi dimana saat ini merupakan masa dimana masyarakat dapat sangat mudah menerima dan mencari informasi apapun.

Terlebih dari sepengetahuan Syahrul, kebanyakan mahasiswa yang direkrut oleh kelompok radikal, yakni yang memiliki rasa pengetahuan yang tinggi. Ia terpapar propaganda dan langsung ingin tahu kebenarannya.

Tapi semangat itu hanya dibaca satu referensi. Kalau dari pengalaman saya perbanyak referensi bacaan karena sekali kena propaganda pasti akan membekas dibenaknya. Jadi kalau referensi satu saja akan terjerumus, pungkas mantan napiter tersebut. (*)

**) Dapatkan update informasi pilihan setiap hari dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Caranya, klik link ini dan join. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di HP.


https://www.timesindonesia.co.id/read/news/412237/eks-napiter-ungkap-fakta-mahasiswa-jadi-sasaran-utama-kelompok-radikal

Sumber: https://www.timesindonesia.co.id/read/news/412237/eks-napiter-ungkap-fakta-mahasiswa-jadi-sasaran-utama-kelompok-radikal
Tokoh

Graph

Extracted

companies Google, Telegram,
ministries Densus 88, Polisi, TNI,
organizations ISIS,
institutions Universitas Brawijaya,
religions Islam,
nations Indonesia, Suriah,
places JAWA TIMUR, LAMPUNG,
cities Jati, Jember, Malang,
cases korupsi, Teroris,