Bangkalan (beritajatim.com) – Penggunaan jaring trawl oleh nelayan di luar wilayah masih saja dilakukan di perairan Kabupaten Bangkalan. Padahal, sebelumnya terdapat nelayan asal Gresik yang dihukum dan disita alat tangkapnya oleh petugas.

google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Bahkan dari penangkapan tersebut terdapat tiga nelayan yangmendapat kurungan penjara 6 bulan serta tiga perahu disita oleh negara. Namun, hal itu tampaknya tidak memberikan efek jera. Terbukti, masih ada saja perahu nelayan dari luar kembali memasuki perairan Bangkalan.

Salah satu nelayan dari Kecamatan Arosbaya, Bangkalan, Bilal Kurniawan mengaku resah dan dirugikan dengan adanya nelayan luar yang masuk ke Bangkalan. Apalagi alat tangkap yang digunakan bisa merusak ekosistem laut.

“Jaring trawl atau pukat harimau ini kan sudah dilarang digunakan. Namun, banyak nelayan luar yang masih menggunakan alat tersebut sehingga merusak laut kita, ungkapnya, Kamis (2/6/2022).

Selain merusak ekosistem, jaring trawl yang digunakan juga merusak alat tangkap ikan milik nelayan lokal. Hal ini menyebabkan nelayan merugi dan hasil tangkapan minim.

“Bahkan tidak sedikit rumpon yang hilang karena terbawa pukat harimau yang mereka gunakan. Kami disini nelayan lokal malah terkena dampaknya, imbuhnya.

Sementara itu, Kasatpolairud Polres Bangkalan, AKP Arif Djunaedi mengatakan pihaknya telah melakukan operasi secara rutin. Namun, seringkali nelayan dari luar masuk ke Bangkalan di luar jam patroli.

“Sehingga kami kecolongan. Namun kami akan melakukan patroli lebih intens lagi agar nelayan luar tidak masuk dan merusak perairan Bangkalan, pungkasnya. [sar/but]