Malang (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur sekaligus Ketua Umum Muslimat Nahdatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa mengajak ribuan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di Malang membacakan Deklarasi Tentang Hubungan Pancasila dengan Islam.

google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Menurutnya, deklarasi ini telah dirumuskan dalam Munas Alim Ulama NU di Situbondo pada tahun 1983 silam. Pembacaan deklarasi ini dilakukan di Universitas Islam Malang pada peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2022.

“Kader Muslimat yang membacakan kembali deklarasi yang menjelaskan hubungan antara Islam dan Pancasila, dan itu merupakan Keputusan Munas Alim Ulama NU di Situbondo pada Desember 1983. Saya rasa sangat baik mengingatkan kembali bagaimana sebetulnya hubungan antara Islam dan Pancasila, tentu juga hubungan antara agama dan Pancasila, kata Khofifah.

Khofifah menuturkan, bahwa radikalisme menjadi tugas bersama seluruh elemen bangsa. Kasus penangkapan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Fakultas FISIP HI berinisial IA (22) menjadi peringatan bahwa membangun kehidupan moderat dan toleransi harus terus disemai.

“Kelompok headliners itu ada di semua agama, jadi tidak hanya domain agama tertentu. Oleh karena itu, kita semua punya tugas dan tanggung jawab yang sama untuk bagaimana membangun kehidupan dengan sistem yang memberikan ruang moderasi, ruang toleransi, saling menghargai, saling menghormati itu harus terus disemai, papar Khofifah.

Khofifah mengajak semua masyarakat terutama kalangan nahdliyin untuk terus mengkampanyekan PBNU sebagai senjata melawan radikalisme. PBNU yang dimaksut Khofifah adalah kepanjangan dari Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945.

“Dalam proses kehidupan ada pondasi-pondasinya. Jika di Indonesia pilarnya itu PBNU yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945. Jadi selagi empat itu disosialisasikan dan diimplementasikan oleh seluruh warga NU, saya rasa itu basis dalam mengawal NKRI, tandas Khofifah. (luc/kun)