Kepala BBVet Wates, Hendra Wibawa, mengatakan pemilahan bisa dilakukan sejak selesai pemotongan hewan. Pemilihan ini karena hewan pengidap PMK alami sejumlah gejala klinis, mulai mulut melepuh dan lendir berlebih, demam, serta luka di bagian kaki.
(MPK) tidak membahayakan manusia. Jadi risiko zoonosis (penyakit hewan) bisa diabaikan, kata Hendra saat dihubungi, Kamis, 1 Juni 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Baca: Sapi Terjangkit PMK, Ratusan Liter Susu Dibuang
Dia mengatakan PMK meski tak membahayakan manusia akan lebih baik dihindari. Bagian kaki dan kepala pada hewan pengidap PMK yang telanjur disembelih disarankan agar tidak dikonsumsi.
Di sisi lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY juga meminta masyarakat tidak berkurban dengan hewan dalam kondisi terjangkit PMK. Imbauan ini juga berdasarkan sudah masuknya PMK ke wilayah DIY seperti di Kulon Progo, Sleman, dan Gunungkidul.
Bila ada hewan yang sehat lebih baik berkurban dengan hewan yang sehat itu agar terhindar dari hal-hal mudharat, jelas Ketua Komisi Fatwa MUI DIY, Makhrus Munajat.
Hewan yang terjangkit PMK bisa terjadi pada sapi, kerbau, dan kambing. Ketiga jenis hewan tersebut biasanya jadi pilihan masyarakat saat berkurban.
Makhrus menegaskan memilih hewan kurban tak hanya bebas dari PMK, namun juga penyakit lain seperti bebas dari penyakit antraks dan cacing hati. Selain syarat hewan kurban sudah cukup umur juga sehat secara fisik.
(Cacat) fisik pun kita tidak boleh, misalnya tanduk hilang, ekornya putus, telinganya hilang satu juga tidak boleh, ujarnya.
(DEN)