Studi: Polusi Sebabkan 9 Juta Kematian Prematur pada 2019

  • 01 Juni 2022 02:03:31
  • Views: 7

TEMPO.CO, JakartaPolusi telah membunuh 9 juta orang di dunia pada 2019, atau bertanggung jawab untuk satu dari setiap enam kematian yang terjadi. Analisa diberikan Rich Fuller dari Global Alliance on Health and Pollution di Swiss dan koleganya dalam laporan penelitian yang dipublikasikan pada 17 Mei 2022.

Mereka menganalisisnya sama seperti saat mengkaji dampak polusi terhadap angka kematian prematur pada 2015. Untuk mengungkap bagaimana kematian terkait polusi mungkin telah berubah, tim peneliti tersebut mengulangi analisisnya untuk 2019, menggunakan data dari Global Burden of Diseases Study yang sedang berjalan.

Satu hal mengenai polusi adalah bahwa tidak seorangpun mati langsung karenanya, kata Fuller. Mereka mati karena polusi memberi penyakit yang kemudian menghentikan usia mereka lebih cepat.

Hasilnya, Fuller dkk menemukan jumlah 9 juta kematian terkait polusi pada 2019 tidak berubah dari 2015. Namun demikian, kematian yang disebabkan spesifik oleh polusi dalam rumah, sebagai contoh penggunaan kayu bakar perapian, turun dari 2,9 juta pada 2015 menjadi 2,3 juta pada 2019, seiring dengan banyak negara beralih ke bahan bakar yang lebih bersih.

Berbeda untuk kematian terkait polusi luar ruangan yang naik dari 4,2 menjadi 4,5 juta. Sebabnya, menurut Fuller, jumlah kendaraan bermotor dan pabrik yang meningkat. Untuk mengingatkan kembali, pembakaran bahan bakar fosil melepaskan debu halus dengan diameter maksimal 2,5 mikrometer atau biasa disebut PM2,5. Partikel itu bisa masuk ke tubuh begitu dalam, dan memiliki hubungan sebab akibat dengan penyakit jantung dan beberapa jenis kanker.

Hasil studi menyebut polusi udara luar ruangan bersama bahan kimia beracun sebagai faktor risiko polusi modern, sebuah dampak tak diinginkan dari industrialisasi dan urbanisasi. Keduanya dicatat berkaitan dengan kematian prematur yang jumlahnya naik tujuh persen dibandingkan 2015, atau 66 persen daripada 2000.

Dari angka keseluruhan 9 juta kematian prematur, terbesar disumbang faktor polusi udara, dalam maupun luar ruangan. Studi Fuller dan timnya menemukan ada 6,7 juta kematian prematur yang berkorelasi dengan polusi ini sepanjang 2019. Polusi air berada di balik 1,4 juta kematian. Sedangkan polusi timbal diduga terkait dengan 900 ribu kematian--meningkat dari 500 ribu dari 2015.

Satu lagi adalah occuptional pollution, atau polusi bahan kimia beracun, terdiri dari karsinogen dan partikulat. Tak termasuk kematiannya yang terjadi karena sebab sama di lingkungan kerja, faktor ini disebut terkait dengan 870 ribu kematian sepanjang 2019.

Disebutkan pula bahwa lebih dari 90 persen kematian prematur terkait polusi terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Sebagian besar polusi udara datang dari industrialisasi yang cepat di banyak negara itu, kata Fuller.

Analisis terbaru berbasis data sebelum pandemi Covid-19. Memasuki masa pandemi jumlah kendaraan bermotor di jalan-jalan jauh berkurang karena pemberlakuan lockdown di banyak wilayah, meski begitu belum jelas efeknya terhadap analisis polusi udara di masa depan. Saya tahu kalau polusi udara turun selama pandemi tapi kini sudah meningkat kembali, katanya.

Fuller berharap hasil studi terbarunya akan menuntun ke kesadaran dan pemantauan polusi udara yang lebih baik. Dia mengatakan bahwa polusi adalah satu dari tiga isu utama global saat ini. Dua lainnya adalah perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Eloise Marais dari University College London, Inggris, mengatakan tak terkejut dengan besarnya kematian prematur global karena paparan polusi. Yang lebih mencemaskan, menurutnya, Minimnya adopsi langkah-langkah untuk mengatasi permasalahannya.

NEW SCIENTIST, THE LANCET

Baca juga:
Ini Sebab Kualitas Udara Bisa Lebih Buruk Meski Kawasan Lebih Hijau


https://tekno.tempo.co/read/1596974/studi-polusi-sebabkan-9-juta-kematian-prematur-pada-2019

Sumber: https://tekno.tempo.co/read/1596974/studi-polusi-sebabkan-9-juta-kematian-prematur-pada-2019
Tokoh

Graph

Extracted

companies ADA, The Lancet,
ngos WHO,
topics lockdown, penyakit jantung,
nations India, Indonesia, Inggris, Swiss,
places DKI Jakarta,
cities London, New Delhi,
cases covid-19,