JawaPos.com – Harga komoditas saat ini melonjak tinggi akibat konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina. Untuk Indonesia sendiri, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa kondisi ini menguntungkan perdagangan RI.
“Tentu untuk Indonesia, ini menguntungkan karena kita mengekspor komoditas, namun di sisi lain kenaikan harga yang sangat ekstrem mendorong inflasi di level global, terutama negara-negara maju secara ekstrem, ungkap dia dalam Talkshow Neraca Komoditas, Senin (30/5).
Inflasi itu kemudian diikuti oleh pengetatan kebijakan moneter, terutama di Amerika Serikat, Eropa dan Inggris. Salah satu bentuk pengetatan kebijakan moneter adalah interest rate atau suku bunga mengakami kenaikan dan likuiditas juga akan menjadi lebih ketat.
“Hal ini perlu untuk kita waspadai dalam implikasinya terhadap momentum pemulihan ekonomi global, imbuhnya.
Di sisi lain, saat ini Tiongkok masih dalam krisis pandemi terpaksa melaksanakan kebijakan zero case policy atau lockdown yang sangat berdampak pada ekonomi negara lain yang merupakan pengimpor dari Negara Tirai Bambu itu.
“Tentu akan berdampak pada perekonomian dunia, karena jumlah dan juga size dari perekonomian RRT yang sangat besar, jelas Ani, panggilan akrab Menkeu.
Menghadapi perubahan ekonomi dunia dan dinamika risiko yang bergeser secara sangat cepat, Indonesia harus terus meningkatkan kewaspadaan dan kemampuan respons kebijakan secara tepat. Kata dia, pemerintah terus melakukan berbagai langkah reformasi untuk membangun ekonomi yang lebih resiliens atau kuat dan berdaya tahan serta fleksibel.
Salah satu reformasi yang penting adalah Undang-Undang Cipta Kerja yang mencoba untuk menjawab tantangan dengan memperbaiki simplifikasi dari regulasi dan birokrasi di Indonesia, baik di pusat maupun daerah.
“Tujuannya adalah untuk bisa memberikan pelayanan yang mudah, cepat dan pasti serta efisien bagi dunia usaha, sehingga mereka mampu bergerak secara kompetitif, pungkas dia.
