Buya Syafii Maarif: Guru Kampung yang Tembus Universitas Ohio dan Chicago

  • 28 Mei 2022 14:06:13
  • Views: 5

Indonesiainside.id, Jakarta – Ketokohan Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif tak diragukan. Di masa mudanya, tokoh Muhammadiyah, pernah merantau jauh menjadi “Guru Kampung di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Untuk sampai ke Lombok, Buya Syafii merantau jauh dari Balai Tangah, Lintau, Sumatera Barat, ke Yogyakarta. Kampung Buya, Balai Tangah, adalah nagari yang wilayah kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.Di Yogyakarta, Buya mematangkan diri sebagai kader Muallimin Muhammadiyah. Di Kota Pendidikan ini, Buya melanjutkan pendidikan ke Madrasah Muallimin Yogyakarta sampai tahun 1956. Di sinilah ia tumbuh menjadi pemuda yang siap mengabdi sebagai guru ke pelosok negeri.

Selain menjadi guru kampung di Lombok, dia juga pernah juga menjadi Pemimpin Redaksi (Pimred) Majalah Sinar dan aktif dalam organiasi kepanduan Hizbul Wathan. Menginjak usia 21 tahun, Syafii berangkat ke Lombok memenuhi permintaan Konsul Muhammadiyah menjadi guru di sebuah kampung bernama Pohgading sampai tahun 1957.

Namun siapa sangka, dari pelosok Lombok dia menembus Universitas Ohio Amerika Serikat hingga Universitas Chicago, Amerika Serikat. Sebelumnya, ia menempuh pendidikan sarjana di Universitas Cokroaminoto, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP UNY.

Di usia 86 tahun, Buya Syafii pergi untuk selamanya menghadap ke haribaan ilahi. Sang teladan dan guru bangsa tutup usia pada Jumat pagi (27/5) pukul 10.15 di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Buya Syafii Maarif lahir pada 31 Mei 1935 di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau. Ayahnya adalah kepala suku dan saudagar bernama Ma’rifah Rauf Datuk Rajo Malayu. Sementara ibunya, Fathiyah wafat ketika Syafii baru berusia 18 bulan.

Saat masih kecil, Syafii Maarif bersekolah di Sekolah Rakyat (SR). Sedangkan untuk belajar agama, dia mengambil dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah sepulang sekolah di SR. Syafii tamat dari SR pada 1947 tanpa ijazah karena saat itu masih terjadi perang revolusi kemerdekaan.

Setelah usai menamatkan pelajaran di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Balai Tangah, Lintau, Syafii yang saat itu berusia 19 tahun pada 1953, merantau ke Yogyakarta.

Dalam perjalanan hidupnya, Buya Syafii Maarif menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama tujuh tahun dari 1998-2005. Syafii Maarif juga pernah menjabat sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP).

Selepas menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, dia aktif dalam komunitas Maarif Institute dan menjadi tokoh bangsa yang sering menyampaikan kritik secara objektif dan lugas baik melalui tulisan-tulisannya di berbagai media.

Atas karya-karyanya, pada tahun 2008 Syafii Maarif mendapatkan penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina. Penulis Damiem Demantra membuat sebuah novel tentang masa kecil Ahmad Syafi’i Maarif, yang berjudul ‘Si Anak Kampung’ yang telah difilmkan dan meraih penghargaan pada America International Film Festival (AIFF).

Sebelum wafat, Buya Syafii masuk ke rumah sakit itu sejak Sabtu (14/5/2022) karena mengeluh sesak napas akibat jantung. Bahkan, pada awal Maret lalu, Buya Syafii juga sempat menjalani perawatan medis di RS PKU Gamping. Saat itu, Buya hampir dua pekan menjalani perawatan sampai kondisinya membaik dan diperkenankan untuk pulang.  (Aza)
Sumber: Muhammadiyah.or.id


https://indonesiainside.id/news/nasional/2022/05/28/buya-syafii-maarif-guru-kampung-yang-tembus-universitas-ohio-dan-chicago

Sumber: https://indonesiainside.id/news/nasional/2022/05/28/buya-syafii-maarif-guru-kampung-yang-tembus-universitas-ohio-dan-chicago
Tokoh



Graph