Banjir Lamongan Zaman Dulu, Begini Cara Masyarakat Menghadapinya

  • 28 Mei 2022 06:23:49
  • Views: 8

Lamongan (beritajatim.com) – Meski tiap tahun secara rutin dilanda banjir, hal itu tak membuat masyarakat di Kabupaten Lamongan putus asa. Utamanya mereka yang tinggal di kawasan bantaran sungai Bengawan Solo beserta anak bengawan yang disebut Bengawan Jero.

google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Saking biasanya menghadapi banjir, warga di kawasan Sungai tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan di mana mereka tinggal, atau disebut dengan adaptasi ekologi Bengawan Solo.

Wakil Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Prof. Suparto Wijoyo menyampaikan bahwa Lamongan merupakan salah satu daerah yang sangat akrab dengan banjir.

width=921
Banjir yang melanda kawasan sekitar Sungai Bengawan Jero Lamongan.

Banjir yang terjadi di kawasan Sungai Bengawan Jero ini tak hanya berlangsung dalam hitungan hari, bahkan bisa sampai berbulan-bulan. Meski begitu, warga setempat mampu bertahan dengan cara beradaptasi terhadap perubahan alam yang ada.

“Dulu, ketika saya kecil hingga remaja masih sempat menyaksikan bagaimana masyarakat Lamongan, terutama di desa saya, masih bisa bersyukur dengan datangnya banjir yang melanda, meskipun banjir itu berlangsung selama tiga bulan. Ini karena masyarakat bisa bersikap adaptif terhadap perubahan alam, ujar pria kelahiran Lamongan tersebut.

Beberapa bentuk adaptasi itu, Prof. Suparto menyebutkan, warga menggunakan perahu sebagai alat transportasi dan untuk mendukung aktivitas sehari-hari, memanfaatkan alam untuk hidup, mengatur jadwal tanam sesuai musim, dan bahkan bagaimana mereka harus mengurus jenazah saat banjir masih merendam kawasannya.

width=1080
Banjir yang melanda kawasan sekitar Sungai Bengawan Jero Lamongan.

“Masyarakat membuat perahu untuk menyesuaikan kondisi alam. Dalam kondisi alam seperti itu, mereka juga memanfaatkan alam untuk hidup, yaitu dengan menangkap ikan yang melimpah, terangnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Sejarawan Lamongan Supriyo. Dalam risetnya, ia menyebut, zaman dulu dalam menghadapi musibah banjir, masyarakat Lamongan mampu menyikapinya dengan bijak, dengan jalan mengembangkan strategi adaptasi ekologi yang tepat guna.

“Bentuk adaptasi ekologi itu antara lain, masyarakat membangun tanggul (istilah kuno (‘tamwak’), saluran drainase (istilah kuno ‘weluran’) dan bendungan (istilah kuno ‘dawuhan’), sebut Supriyo.

Tak cukup itu, Supriyo menambahkan, bentuk adaptasi lainnya adalah membuat tempat penyeberangan sungai (istilah kuno ‘panambangan’, kini ‘tambangan’), di beberapa titik untuk menghubungkan tempat-tempat yang terpisahkan oleh aliran sungai.

width=878
Banjir yang melanda kawasan sekitar Sungai Bengawan Jero Lamongan.

Menurutnya, tambangan digunakan untuk menyeberangi bengawan sebagai salah satu bentuk jawaban atas kondisi alam yang ada. Selain itu, imbuhnya, tambangan adalah salah satu bentuk budaya dan peradaban nenek moyang dari peradaban maritim Majapahit yang masih lestari hingga saat ini.

“Wilayah Lamongan ini dilewati oleh Bengawan Solo dan ditambah dengan Bengawan Jero serta sub-sub anak sungainya. Maka membuat tambangan merupakan solusi yang adaptif untuk menjawab tantangan alam dan lingkungan. Tambangan adalah wujud peradaban dan budaya Lamongan yang sudah berjalan dari masa ke masa dan terwariskan dari generasi ke generasi, ungkapnya.

Lebih jauh jika dilihat dari kacamata Undang Undang RI 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, sesuai Pasal 5 mengenai 10 Obyek Pemajuan Kebudayaan, maka obyek tambangan masuk dalam salah satu obyek pemajuan Kebudayaan, yaitu tentang teknologi tradisional.

Teknologi tradisional yang dimaksud adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang atau cara yang diperlukan bagi kelangsungan atau kenyamanan hidup manusia dalam bentuk produk, kemahiran, dan keterampilan masyarakat sebagai hasil pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan lingkungan, dan dikembangkan secara terus menerus serta diwariskan lintas generasi.

“Sebenarnya masih ada nilai-nilai kearifan lokal lain di sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai) Bengawan Solo, khususnya di Lamongan, apakah yang memang masih lestari maupun yang perlu digali untuk dilestarikan sebagai modal masyarakat Lamongan dalam menatap masa depan dan membangun daerahnya yang secara alami akrab dengan bengawan dan air, pungkasnya. [riq/but]


https://beritajatim.com/peristiwa/banjir-lamongan-zaman-dulu-begini-cara-masyarakat-menghadapinya/

Sumber: https://beritajatim.com/peristiwa/banjir-lamongan-zaman-dulu-begini-cara-masyarakat-menghadapinya/
Tokoh

Graph

Extracted

companies ADA, Google,
institutions UNAIR, Universitas Airlangga,
topics Banjir,
fasums sungai Bengawan Solo,
products kacamata,
places JAWA TENGAH, JAWA TIMUR,
cities Lamongan, Solo,