Mahasiswa Penyandang Cerebral Palsy Raih Gelar Magister: Saya Butuh Usaha Lebih

  • 22 Mei 2022 21:03:24
  • Views: 4

TEMPO.CO, Jakarta - Andre Sanjaya (26), seorang mahasiswa penyandang disabilitas fisik cerebral palsy, berhasil meraih gelar magister pendidikan magister psikologi di Universitas Tarumanagara, Jakarta. Andre bahkan menjadi salah satu lulusan berprestasi non-akademik dengan nilai IPK 3,84.

Dari atas kursi roda, Andre tak mampu menyembunyikan rasa gembiranya saat diwisuda pada Sabtu 21 Mei 2022. “Penghargaan ini diberikan karena kiprah saya pada bidang pengabdian masyarakat, ujarnya.

Meski memiliki keterbatasan fisik, Andre bersemangat untuk melanjutkan pendidikan dan mengabdi kepada masyarakat. Salah satunya, ia aktif donor darah sejak 2013. Ia berkomitmen untuk melakukan donor darah setiap dua bulan sekali. Selain itu, ia juga pernah mewakili Indonesia dalam ajang ASEAN Youth Interfaith Camp pada 2021.

“Awalnya melakukan donor darah karena panggilan hati, karena saya membaca Indonesia masih kekurangan darah, kata Andre yang awalnya mendaftar ke Fakultas Kedokteran namun terbentur aturan yang tidak memperkenankan penyandang disabilitas fisik seperti dirinya untuk mengambil program studi kedokteran.

Dari situ, ia mencari jalan tengah agar bisa melanjutkan pendidikan tinggi yang sesuai minatnya. Akhirnya, ia pun memilih masuk ke program studi psikologi.

Andrea mengaku kesulitan belajar karena merupakan penyandang cerebral palsy yaitu mempunyai kekurangan di mana antara otak dan gerak anggota tubuh tidak nyambung. Saya butuh usaha lebih dan harus fokus untuk menggerakkan tubuh, kata dia lagi.

Bahkan saat belajar pun, ia tak bisa mendengarkan dan mencatat materi sekaligus. Harus fokus pada salah satu kegiatan. Dalam membaca, ia butuh 10 kali lebih lama dibandingkan mahasiswa lainnya. Ia akhirnya merekam semua materi perkuliahan yang diberikan dosennya. Solusi juga datang dari teman-teman kuliah yang mau meminjamkan catatan perkuliahan.

“Ke depan, saya akan melanjutkan pendidikan ke pendidikan profesi psikologi, jelas Andre yang saat ini fokus pada bidang psikologi olahraga itu.

Andre merupakan salah satu tenaga ahli psikologi olahraga yang memiliki sertifikasi KONI. Ia merupakan satu dari dua penyandang disabilitas yang mendapatkan sertifikasi dari KONI tersebut.

Ketua Umum Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia, Gufroni Sakaril, mengatakan tingkat partisipasi sekolah penyandang disabilitas masih rendah. Padahal tanpa pendidikan yang baik, penyandang disabilitas akan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak dan dapat mandiri.

Data dari Survei Ekonomi Nasional 2018 menyebut hanya 56 persen anak penyandang disabilitas yang lulus Sekolah Dasar, dan hampir 3 dari 10 anak difabel tidak pernah mengenyam pendidikan. Sedangkan berdasarkan Statistik Pendidikan 2018, persentase penduduk usia lima tahun ke atas penyandang disabilitas yang masih sekolah hanya 5,48 persen.

Penyandang disabilitas yang belum atau tidak pernah bersekolah sama sekali mencapai 23,91 persen. Penyandang disabilitas yang tidak bersekolah lagi sebesar 70,62 persen. “Tentu ini menjadi perhatian bagi kita semua, karena tingkat partisipasi sekolah penyandang disabilitas yang rendah dapat menjadi persoalan bangsa di kemudian hari, kata Gufroni.

Rektor Universitas Tarumanagara, Agustinus Purna Irawan, mengatakan berkomitmen untuk menjalankan pendidikan yang inklusif. Komitmen tersebut diwujudkan dengan melakukan penerimaan mahasiswa difabel di berbagai program studi di kampus itu. “Kami menyediakan fasilitas pendukung dan pendampingan untuk mempermudah mahasiswa disabilitas mengakses pembelajaran, kata Agustinus.

Saat ini di Universitas Tarumanagara terdapat setidaknya 50 mahasiswa difabel yang menempuh berbagai program studi di kampus itu. Hanya satu program studi yakni pendidikan kedokteran yang belum menerima mahasiswa penyandang disabilitas karena berdasarkan aturan dari Kementerian Pendidikan.

Baca juga:
4 Tips Mengolah Daging dan Jeroan di Masa Penyakit Mulut dan Kuku dari Dokter Hewan


https://tekno.tempo.co/read/1594084/mahasiswa-penyandang-cerebral-palsy-raih-gelar-magister-saya-butuh-usaha-lebih

Sumber: https://tekno.tempo.co/read/1594084/mahasiswa-penyandang-cerebral-palsy-raih-gelar-magister-saya-butuh-usaha-lebih
Tokoh



Graph

Extracted

persons Gufroni,
ministries KONI,
organizations ASEAN,
institutions Universitas Tarumanagara,
products daging,
nations Indonesia,
places DKI Jakarta,