Menelisik Saham-Saham di Tengah Tekanan Sentimen Global

  • 22 Mei 2022 16:51:47
  • Views: 6

Sentimen global membuat investor asing menarik modal dari pasar bursa saham dalam negeri. IHSG pun merosot dari angka 7.000. Namun, emiten-emiten dengan fundamental kuat masih menjadi incaran investor.

—

PENELITI Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menuturkan, penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) akibat telat merespons sentimen eksternal. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) sebesar 50 basis poin (bps) pada 4 Mei lalu. Ditambah, perang Rusia dan Ukraina berkepanjangan yang memengaruhi kenaikan harga komoditas.

Dua faktor global itu yang sangat kuat memengaruhi performa IHSG. Pasar saham Indonesia tidak bisa langsung merespons karena sedang libur Lebaran. Sehingga dampaknya langsung menumpuk di pembukaan hari pertama di 9 Mei saham-saham turun sekitar 5 persen, jelas Abdul kepada Jawa Pos, Sabtu (21/5).

Dari sisi domestik, lanjut dia, sebenarnya ada sentimen positif pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2022 sebesar 5,01 persen. Namun, agaknya berita tersebut masih kalah oleh sentimen global.

Untuk kembali ke level 7.000, pria yang akrab disapa Ucok itu memperkirakan akan terjadi dalam jangka pendek. Mengingat, IHSG mulai positif pada perdagangan Jumat (20/5). Naik 94,81 poin atau 1,39 persen di posisi 6.918,14. Tapi, memang faktor global masih sangat penting dalam penentuan performa, imbuhnya.

Menurut dia, meski jumlah investor domestik meningkat, secara likuiditas investor global masih sangat berperan di pasar saham dalam negeri. Ada gejolak sedikit saja, orang asing yang menanamkan uangnya di Indonesia akan langsung mengganti portofolionya dan pindah ke negara yang memiliki investasi safe haven.

Di pasar saham faktor news itu sangat berpengaruh dibandingkan fundamental, ucap alumnus Universitas Brawijaya itu.

Ucok memproyeksikan, saham sektor konsumer akan mulai rebound. Karena penduduk Indonesia sangat besar, mobilitas masyarakat mulai naik sehingga meningkatkan daya beli. Misalnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang penjualan bersihnya naik 5,8 persen menjadi Rp 10,8 triliun pada kuartal I 2022. Laba bersihnya terkerek 19 persen menjadi Rp 2 triliun.

Emiten perbankan juga berpotensi moncer. Menilik performa dari penghimpunan laba perbankan, khususnya bank-bank besar, yang cukup tinggi. Antara lain, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) yang meraup laba bersih konsolidasi mencapai Rp 12,16 triliun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan keuntungan Rp 10 triliun, dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Rp 8,1 triliun.

Saham komoditas, kata Ucok, sangat dipengaruhi sentimen gejolak ekonomi global. Bagi investor yang mau high risk high return, silakan beli saham emiten energi minyak, gas, batu bara, bebernya.

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menyatakan, pergerakan IHSG masih relatif fluktuatif menanti perilisan rapat dewan gubernur Bank Indonesia (RDG BI). Dengan support 6.809 sampai 6.752 serta resistance di 6.995 hingga 7.051. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi 5,1 persen di kuartal I 2022 menciptakan keyakinan baru bahwa sektor-sektor strategis seperti energi, konsumer, dan bank akan kembali bergerak lebih cepat.

Pemulihan ekonomi Indonesia akan terus jadi katalis positif bagi saham-saham dengan fundamental kuat. Terutama bagi emiten yang memiliki kinerja dan rekam jejak GCG (good corporate governance) yang baik, terang Nafan.

Dia merekomendasikan investor untuk mengoleksi saham-saham perbankan. Khususnya perbankan BUKU IV. Dibandingkan berbagai bank digital, price to book value (PBV) bank raksasa masih jauh lebih kecil. Misalnya, BRI yang bakal mendapatkan efek domino dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun booming harga komoditas.

Dengan core business sektor UMKM, kinerja BRI tahun ini akan jauh lebih baik dari sebelumnya. Tecermin dari keberhasilan merestrukturisasi dan menyelamatkan usaha mikro, kecil, dan menengah.

Saat pandemi, butuh restrukturisasi. Kasihan mereka (nasabah UMKM) menjalankan usaha dan harus didukung. Sekarang kita mengalami pemulihan ekonomi. Sektor UMKM bisa semakin optimal, tegasnya.


https://www.jawapos.com/ekonomi/finance/22/05/2022/menelisik-saham-saham-di-tengah-tekanan-sentimen-global/

Sumber: https://www.jawapos.com/ekonomi/finance/22/05/2022/menelisik-saham-saham-di-tengah-tekanan-sentimen-global/
Tokoh



Graph

Extracted

persons Nafan Aji Gusta,
companies ADA, PT Bank Central Asia Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk,
ministries BI, BPS,
bumns Bank Mandiri, BRI,
ngos AJI, CORE, INDEF,
institutions Universitas Brawijaya,
topics bank digital, Pasar saham,
products Batu Bara, UMKM,
nations Indonesia, Rusia, Ukraina,
brands Unilever,