PIKIRAN RAKYAT - PT Pertamina disebut menanggung beban negara dengan kerugian yang dialami saat ini.

Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyampaikan prediksi kerugian yang akan didapatkan Pertamina hingga akhir tahun 2022.

Pertamina disebutkan Sri Mulyani akan mengalami kerugian US$12,98 miliar atau sekira Rp190,8 triliun pada akhir tahun.

Prediksi kerugian tersebut disebutkan Sri Mulyani akibat arus kas Pertamina yang sudah defisit US$2,44 miliar atau sekira Rp35,86 triliun pada Maret 2022.

Baca Juga: Usai Gorden, Kini Heboh DPR Anggarkan Rp55 Miliar untuk Ganti Lift karena Sering Macet

Defisit tersebut disebutkan Sri Mulyani akibat adanya kenaikan harga minyak dunia dan Pertamina tidak langsung menaikkan harga minyak dalam negeri.

Kerugian Pertamina yang dipaparkan Sri Mulyani tersebut ditanggapi oleh anggota III BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), Achsanul Qosasi.

Komoditi strategis; Minyak (BBM), Beras, Listrik (TDL), seharusnya mmg tetap disubsidi, krn terkait kebutuhan dasar rakyat, kata Achsanul Qosasi dikutip Pikiran-Rakyat.com dari akun Twitter miliknya.

Dinilai Achsanul Qosasi, akibat kerugian tersebut, Pertamina harus menanggung beban yang seharusnya ditanggung negara.