Gandeng Jerman, IPB University Kembangkan Teknologi Atasi Kepunahan Badak

  • 20 Mei 2022 21:03:21
  • Views: 11

TEMPO.CO, Jakarta - IPB University menjalin kerja sama dengan Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research (Leibniz-IZW) Berlin, Jerman untuk mengembangkan teknologi mengatasi kepunahan badak. Pada 19 Mei lalu, Rektor IPB University Arif Satria berkunjung ke Leibniz-IZW untuk menandatangani nota kesepahaman (MOU) tentang akselerasi pengembangan sains dan pendidikan konservasi spesies terancam punah dengan aplikasi teknologi reproduksi berbantu (ART) dan bio-bank. 

MOU disaksikan oleh Desy Satya Chandradewi sebagai perwakilan Direktorat Jenderal Konservasi Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Ardi Marwan, Radbruch dari Leibniz Association Germany serta Jörg Junhold sebagai Direktur Kebun Binatang Leipzig dan President Association Zoological Gardens, Jerman. Sebelumnya, tim kerja sama ini diterima Duta Besar Republik Indonesia Arif Hafas Oegroseno di Kantor KBRI Berlin.

MOU ini menguraikan strategi kolaboratif baru untuk memajukan solusi ilmiah dan pendidikan di masa depan untuk keberlanjutan lokal dan global dan tantangan konservasi keanekaragaman hayati. Dalam kunjungan ke Berlin, Rektor IPB didampingi Dekan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB Deni Noviana, dan tim peneliti ART dan Biobank IPB yaitu Bambang Purwantara, Arief Budiono, dan M Agil.

“Ini adalah aliansi strategis kami dengan Leibniz-IZW yang punya pengalaman dalam konservasi satwa liar, khususnya badak, kata Arif Satria dalam rilis yang diterima Tempo pada Jumat, 20 Mei 2022. Arif mengatakan kerja sama jangka panjang itu dilakukan untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman ilmiah tentang pengobatan satwa liar, teknologi reproduksi berbantuan, dan strategi bio-bank untuk menyelamatkan spesies Indonesia yang terancam punah.

Populasi Badak Sumatera Semakin Menurun

Saat ini, badak sumatera statusnya sangat kritis akan kepunahan. Penelitian yang mendalam menunjukkan bahwa populasi badak sumatera di alam liar terus menurun drastis. Dari tahun 1984 hingga 2015, sekitar 90 persen populasi badak dunia menurun drastis dari 800 ekor pada tahun 1984 menjadi kurang dari 75 ekor pada tahun 2015.

Saat ini populasi badak sumatera hanya ditemukan di Indonesia dan populasi badak sumatera saat ini diperkirakan hanya kurang dari 50 ekor badak termasuk badak yang ada di Suaka Badak Sumatera (SRS) di Taman Nasional Way Kambas, Lampung dan SRS Kelian, Kutai Barat di Kalimantan Timur.

Ancaman kepunahan badak sumatera tidak hanya dipicu oleh ancaman eksternal yang teridentifikasi seperti degradasi habitat maupun potensi perburuan, akan tetapi juga ancaman internal berupa kondisi kesehatan genetik dan reproduksi badak sumatera yang sangat mengkhawatirkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada badak sumatera di penangkaran sejak awal 1980-an sampai sekarang; lebih dari 70 persen badak di penangkaran mengalami gangguan abnormalitas organ reproduksi (kista dan tumor) dan sulit untuk bunting.

Perkembangbiakan badak Sumatera di eks-situ sangat lambat hanya 5 anak badak diperoleh dalam 40 tahun dan populasi in-situ punah di TN Kerinci Seblat dan sulit ditemukan lagi di BBTN BBS dan TN Way Kambas.

Lambatnya laju reproduksi badak sumatera mengakibatkan badak sumatra akan mengalami kepunahan apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat untuk memulihkan sumber daya genetik baik di alam maupun di penangkaran.

Mengingat badak di alam liar sulit untuk diselamatkan, dan badak di penangkaran sangat lambat untuk berkembang biak; maka pemulihan sumber daya genetik (gamet, sel fibroblast dan embrio) menjadi langkah strategis dan penting untuk ditempuh guna menyelamatkan jenis yang berada di ambang kepunahan.

Teknologi Reproduksi untuk Atasi Kepunahan Badak

Salah satu cara melindungi dan mengamankan material genetik satwa liar adalah melalui aplikasi Teknologi Reproduksi Berbantu (atau Assisted Reproductive Technology, atau ART) dan bio-bank.

“Dalam proyek sains konservasi bersama, pertama kami akan berkontribusi untuk menyelamatkan kepunahan badak sumatera dengan menggunakan strategi ilmiah teknologi tinggi, kata Thomas Hildebrandt, Kepala Departemen Manajemen Reproduksi di Leibniz-IZW.

Dia mengatakan pihaknya akan mulai mentransfer hasil ilmiah dari proyek BioRescue yang berhasil menyelamatkan sumber daya genetik badak putih utara dari kepunahan yang dapat diaplikasikan dan berhasil pada badak Sumatera.

Kerja sama ini akan mendukung berdirinya “Pusat Teknologi Reproduksi Berbantu dan Bio-Bank di IPB University. “Kolaborasi ini akan mendukung pengembangan system Sister Laboratorium antara IPB University dan IZW, kata Muhammad Agil, koordinator tim ART dan bio-bank di IPB. 

Arif Havas Oegroseno, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jerman, menyebutkan kerja sama ini akan memperkuat bilateral antara Jerman dan Indonesia. “Kerja sama ini akan mendukung program Pemerintah Indonesia untuk konservasi satwa liar dalam menyelamatkan dan melindungi satwa liar Indonesia serta sumber daya genetik spesies Indonesia yang terancam punah, ujarnya.

Adapun aplikasi teknologi tersebut dapat menyelamatkan dan menyimpan sumber daya genetik dalam bentuk gamet (sel telur dan sperma), sel fibroblas, sel punca dan produksi embrio untuk menghasilkan individu baru badak sumatera dan satwa liar terancam punah lainnya.

Baca juga: Misi Selamatkan Spesies Badak Putih Utara Kenya, Embrio Tercipta!

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.


https://tekno.tempo.co/read/1593557/gandeng-jerman-ipb-university-kembangkan-teknologi-atasi-kepunahan-badak

Sumber: https://tekno.tempo.co/read/1593557/gandeng-jerman-ipb-university-kembangkan-teknologi-atasi-kepunahan-badak
Tokoh





Graph

Extracted

persons Arif Satria, Muhammad,
companies ADA, Telegram,
institutions IPB,
nations Indonesia, Jerman, Kenya,
places DKI Jakarta, JAMBI, KALIMANTAN TIMUR, LAMPUNG,
cities Berlin, Biak,