TEMPO.CO, Jakarta -Polisi militer Israel tidak akan membuka penyelidikan atas pembunuhan jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh di Jenin pekan lalu.
Seperti dilansir The Times of Israel mengutip Haaretz pada Kamis 19 Mei 2022 melaporkan bahwa keputusan ini diambil meskipun ada kecurigaan bahwa mungkin seorang tentara Israel yang menembaknya.
Laporan tanpa sumber Haaretz mengatakan jaksa militer tidak menganggap kematian Abu Akleh sebagai kematian yang dicurigai sebagai kriminal.
Militer sedang menyelidiki kematian Abu Akleh, tetapi tidak melalui jalur hukum. Penyelidikan awal Israel mengatakan tampaknya ada dua kemungkinan mengenai siapa yang menyebabkan kematian reporter selama baku tembak di kota Tepi Barat. Satu melibatkan contoh tembakan Palestina yang membabi buta, dan yang lainnya adalah kemungkinan tembakan penembak jitu IDF yang salah selama pertempuran.
Tapi surat kabar itu menunjuk kemungkinan alasan lain keputusan untuk tidak membuka penyelidikan Polisi Militer, investigasi semacam itu akan memerlukan interogasi pasukan yang berpartisipasi dalam pertempuran, yang kemungkinan akan memicu badai kontroversi dalam masyarakat Israel.
Laporan tersebut mencatat, bagaimanapun, bahwa keputusan seperti itu kemungkinan akan menimbulkan kritik serius dari Washington, karena Abu Akleh adalah warga negara Amerika Serikat keturunan Palestina.
Abu Akleh, seorang veteran jurnalis yang telah bekerja selama 25 tahun untuk Al Jazeera, tewas ditembak pada Rabu lalu saat meliput operasi militer Israel di Jenin. Dia terkenal di seluruh dunia Arab, karena mendokumentasikan kerasnya kehidupan Palestina di bawah penjajahan Israel.
Baca juga: Macron Desak Israel Segera Tuntaskan Penyelidikan Kematian Shireen Abu Akleh
SUMBER: THE TIMES OF ISRAEL